Pendakicantik.com – Wae Rebo merupakan desa budaya yang masih mempertahankan adat istiadatnya secara turun-temurun.  Desa eksotik yang unik ini sering juga disebut Desa Di atas Awan, karena sering kali diselimuti awan tebal.  Desa adat terpencil yang berada di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini hanya ada 7 rumah utama yang disebut dengan Mbaru Niang.

Sebelum masuk perkampungan Wae Rebo, para tamu (pengunjung) akan menemukan rumah kasih ibu. Di tempat dimana pengunjung diminta untuk membunyikan kentongan.  Kentongan itu sebagai tanda bahwa akan ada tamu yang berkunjung ke Wae Rebo.

Baca juga: WAE REBO, WISATA EKSOTIK NAN UNIK DIBUKA UNTUK UMUM

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia
Foto: Pendaki Cantik – @debisagita

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia

Salah satu keunikan di Wae Rebo adalah rumah adatnya yang berbentuk bulat mirip sebuah kerucut bagian lantainya terbuat dari papan. Bangunan rumah adat sama sekali tak menggunakan paku untuk menyambungkan papan-papan kayu, tetapi hanya bermodalkan tali ijuk dan rotan.

Letak Geografis Wae Rebo

Bisa dibilang Wae Rebo merupakan salah satu desa terpencil karena berada di pegunungan dimana aksesnya masih sangat sulit. Letak Wae Rebo ada di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan cuaca atau suhunya sangat dingin.

Wae Rebo menyuguhkan wisata Budaya dan alam yang sangat asri dan unik. Lokasinya yang cukup terpencil dan terletak di atas ketinggian, menambah kesan keasriannya membuat para wisatawan baik asing maupun wisatawan lokal datang untuk melihat dan merasakan langsung tinggal di negeri di atas awan tersebut.

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia
Foto: Pendaki Cantik – @ribka.malise

Keunikan Wae Rebo

Tiap tempat wisata tentunya memiliki keindahan dan keunikan yang berbeda-beda; begitu pun dengan Wae Rebo. Keunikan Wae Rebo dan tentu tidak akan ditemukan di tempat lain, adalah

1. Bentuk rumah adat unik

Bentuk rumah adat atau rumah utama yang unik dan memiliki 7 bangunan. Adat dan kebudayaan telah menyatu dengan adat istiadat dan kebiasaan hidup orang Manggarai, Flores. Tetapi arsitektur bangunannya mempunyai unsur Minang.

2. Rumah adat Desa Wae Rebo bernama Mbaru Niang

Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang. Rumah-rumah adat sengaja dibangun menghadap compang. Compang adalah sebuah tempat untuk meletakkan sesajian yang ada tepat di tengah kampung.

3. Dihuni oleh 6 sampai 8 keluarga

Satu Mbaru niang atau rumah adat bisa dihuni oleh 6 sampai 8 keluarga.

4. Mirip rumah gadang

Rumah adat memiliki bentuk menyerupai Rumah Gadang dengan Niang Dangka, yang bertanduk rangkap dua dan dijadikan satu. Niang Dangka memiliki tinggi 15 meter dengan susunan 5 lantai.

  • Tingkat pertama sebagai tempat tinggal anggota keluarga
  • Tingkat kedua untuk menyimpan makanan sehari-hari
  • Tingkat ketiga sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan
  • Tingkat keempat dipakai untuk tempat menyimpan benih
  • Tingkat kelima, menyimpan piring guna memberi makan leluhur. Piring hanya akan dikeluarkan pada saat upacara adat di pertengahan bulan November

5. Rumah adat berbentuk bulat seperti kerucut

rumah adatnya yang berbentuk bulat mirip sebuah kerucut bagian lantainya terbuat dari papan. Bangunan rumah adat sama sekali tak menggunakan paku untuk menyambungkan papan-papan kayu, tetapi hanya bermodalkan tali ijuk dan rotan.

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia
Foto: Pendaki Cantik – @kabutipis

Rute Ke Wae Rebo

Akses ke Desa Wae Rebo tidaklah mudah. Karena letak lokasinya yang terpencil dan meiadakan akses jalan yang layak menuju ke tempat ini, sehingga mengharuskan pengunjung untuk menempuh perjalanan kurang selama 3 – 4 jam dengan berjalan kaki. Jalurnya pun bukan jalan setapak yang mudah karena topografi lembah dan bukit dengan hutan yang lebat sangat mendominasi selama perjalanan.

Rute perjalanannya adalah jika pengunjung start dari kota Ruteng dengan menggunakan mobil atau motor menuju desa Denge. Kendaraan yang digunakan bisa dititip di desa ini. Dari Denge, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar tiga sampai empat jam menuju Wae Rebo.

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia
Foto: Pendaki Cantik – @wulanariningsih

Cerita Pengunjung Tentang Wae Rebo

Berikut salah satu hasil curhatan pengunjung “R Verawati S T asal Jakarta” beberapa pekan lalu di akun Facebooknya (FB: @rverawatist) tentang Wae Rebo..

Desa terindah yang pernah gue liat. Gak heran kalo desa ini jadi “Best Rumah Adat number 1 in the world From UNESCO.”

Gue bangga sih udah sampai ke tempat ini. Pas sampai desanya, gue cuma bisa bilang terima kasih Tuhan udah  bantu Vera berhasil mendaki gunung turun lembah, terima kasih Tuhan sudah ciptakan tempat ini sehingga Vera bisa menikmati ciptaan Tuhan hari ini dan semua yang Tuhan buat gak pernah gagal buat Vera terpesona.

Ini salah satu pencapaian luar biasa buat gue pribadi karena untuk ke sini harus menempuh jalur darat dengan jalan yang adventure banget selama 4 jam, terus dilanjut naik gunung turun lembah selama 3,5 jam. Seluruh anggota tubuh berontak (padahal tas gue udah dibawain sama guide) tetep capek juga. Tapi pas nyampe semua kebayar lunasssss, kece banget tempatnya.

Dan satu lagi di tempat ini gak ada signal, selama 2 hari hape berasa gak penting, dan gue jadi punya waktu kenal sama orang baru, ngobrol sama orang tanpa curi-curi pandang ke hape, gak mikirin kerjaan, rasanya nikmat sekaliiiii..”.

Wae Rebo, Kearifan Lokal Yang Mendunia
Foto: Pendaki Cantik –

Share.