Pendakicantik.com – Para pendaki diwajibkan untuk memiliki cukup pengetahuan terkait pendakian, termasuk jenis tumbuhan yang bisa dimakan jika terjadi sesuatu hal yang di luar perencanaan.
Pengetahuan ini akan sangat berguna apabila ekspetasi kita berbeda dengan realita saat mendaki.
Baca Juga: Tips Atasi Ketika Datang Bulan Saat Mendaki Gunung
Selain obat-obatan, makanan merupakan kebutuhan utama atau penting yang harus selalu tersedia setiap saat.
Buat pendaki pemula sangat disarankan untuk memakai jasa pemandu lokal jika masih awam dengan bagaimana bertahan hidup di gunung.
Tumbuhan yang Bisa Dikonsumsi Saat Kondisi Darurat di Gunung atau Hutan
Bagi pendaki berpengalaman, memahami dan mengingat jenis tanaman yang bisa dimakan di gunung bisa menjadi bahan untuk dibagikan kepada teman-teman lain terutama ketika dipercaya menjadi pemimpin kelompok pendaki.
Baca Juga: Teluk Nanga Lok Raih Juara Satu Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2022
Tumbuhan di Gunung yang Bisa Dimakan
Beberapa tumbuhan yang bisa dimakan di atas gunung untuk menambah wawasan sebelum melakukan pendakian.
Rotan
Rotan yang biasanya dijadikan bahan baku kerajinan tangan atau meubel ternyata bisa dikonsumsi. Hanya saja, untuk mengonsumsinya perlu sedikit proses, yakni memotong pucuknya kemudian dibakar agar getah putihnya bisa keluar.
Setelah getah putih keluar, kamu harus mengupas kulitnya. Nah, bagian tengahnya kemudian siap untuk dikonsumsi. Rasanya memang sedikit pahit. Namun, plusnya, rotan ternyata dipercaya berkhasiat untuk mencegah malaria.

Honje
Honje biasa disebut kecombrang adalah salah satu tanaman rempah yang menarik sebab punya daun dan bunga yang sangat cantik.
Jika sudah masak, bunga honje berwarna merah kehitaman dan bisa langsung dimakan. Menariknya, bunga honje bisa mengurangi dehidrasi. Cara memakannya pun mudah, cukup dikupas. Bijinya mirip jambu delima. Rasanya manis-asam. Jika belum masak, rasanya asam dan sedikit pahit.
Sebenarnya bunga honje yang belum masak pun bisa dikonsumsi di mana dijadikan campuran dalam sayur asem seperti biasa ditemukan di daerah Pekalongan.
Baca Juga: Pendakian Gunung Carstensz Pyramid di Puncak Jayawijaya Ditutup Sementara untuk Umum
Murbei atau Arbei
Murbei atau arbei juga tumbuh di ketinggian makanya saat mendaki kamu akan sering menjumpai tumbuhan di gunung dan hutan yang bisa dimakan ini.
Sekilas buah ini tampak seperti stroberi namun, bukannya padat, bagian dalam murbei kosong seperti kantong. Rasanya asam-manis dan berair. Tentu saja memakan satu atau dua murbei saat mendaki akan bisa menghilangkan sedikit dahaga.

Cantigi
Tumbuhan di gunung dan hutan yang satu ini sering kamu temukan saat mendaki. Ia hidup di ketinggian di atas 1.000 mdpl. Ternyata selain daun tumbuhan ini juga punya bunga dan buah.
Daunnya berwarna hijau tua dan merah. Daun yang berwarna merah ini berada di ujung tangkai dan bisa langsung dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu.
Baca Juga: Buat Pendaki Pemula; Perlengkapan Mendaki Gunung yang Harus Disiapkan dan Dibawa
Ilalang atau alang-alang
Kamu semua pasti menyangka tumbuhan ilalang tak bisa dikonsumsi. Ternyata bisa. Bagian ilalang yang bisa dimakan adalah yang paling bawah dekat akar. Kamu bisa mengunyahnya seperti makan tebu.
Rasanya manis dan bisa dijadikan sebagai pengganti zat gula. Selain itu ilalang juga bisa dijadikan sebagai obat diare dan mimisan.

Poh-pohan
Poh-pohan juga banyak hidup di daerah ketinggian, biasanya pohpohan tumbuh tak jauh dari jalur pendakian. Daun poh-pohan juga bisa langsung dikonsumsi. Masyarakat Sunda biasanya menyantap daun ini sebagai lalapan.
Namun ternyata selain memiliki rasa yang unik dan aroma yang wangi, pohpohan juga punya banyak khasiat, misalnya meredakan nyeri otot.
Baca Juga: Buat Pendaki Pemula; Perlengkapan Mendaki Gunung yang Harus Disiapkan dan Dibawa
Senggani atau harendong bulu
Tumbuhan yang bisa dimakan di gunung dan hutan ini penampilannya mirip dengan pohpohan. Hanya saja harendong punya sedikit bulu di daun. Namun tak seperti pohpohan yang bisa dimakan langsuung, daun senggani perlu direbus untuk menghilangkan bulu yang menempel di daun.

Selain untuk meredakan lapar, senggani ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi perdarahan pada luka sayat.