#PendakiCantik – Tiga hektar savana di kawasan Gunung Rinjani dikabarkan terbakar pada Minggu (26/7/2020) lalu. Sampai sejauh ini, penyebab kebakaran masih diselidiki.
Peristiwa kebakaran di kawasan Gunung Rinjani memang bukan barang baru. Setiap memasuki musim kemarau, selalu saja ada padang savana yang terbakar di tempat tersebut.
Menurut keterangan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Dedy Asriady padang savana yang terbakar tersebut terletak di bagian selatan Gunung Rinjani. Ia mengaku masih menyelidiki penyebab kebakaran.
Pemadaman Titik Api

Dikatakan Dedy, kebarakan itu tepatnya berada di Bukit Gedong bagian selatan Gunung Rinjani. Petugas Resort Aikmel SPTN Wilayah II Balai Taman Nasional Gunung Rinjani telah mengerahkan sebanyak 26 orang untuk memadamkan semua titik api.
Dari 26 orang yang dikerahkan, 3 diantarnya Petugas TNGR, 1 Brimob, dan 22 masyarakat dari kalangan MMP dan Pokdarwis Lombok Timur.
Semua tim jelas Dedy, berhasil memadaamkan api tepat pada Pukul 17:11 Wita atau Minggu sore kemarin. Semua tim jelas dia, telah melakukan moping up dan memastikan api telah padam.
Tahun Lalu 88 Hektar

Kebakaran padang savana di Gunung Rinjani rutin terjadi setiap tahun. Pada Juli 2019 tercatat ada setidaknya 88 hektare padang savana di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) terbakar.
Sejumlah titik api ditemukan muncul di beberapa tempat seperti ke arah Gunung Nanggi dan Bukit Pergasingangan serta di bagian atas kawasan Hutan Pusuk, Kecamatan Sembalun.
Sulit Dipadamkan

Petugas gabungan biasanya kesulitan melakukan upaya pemadaman karena kawasan yang terbakar berada di lereng perbukitan dengan topografi yang curam dan tidak ada sumber mata air.
Mereka melakukan upaya pemadaman secara manual menggunakan alat cangkul, parang dan alat lainnya yang bisa dibawa ke atas perbukitan.
Selain itu, tim gabungan menghadapi ancaman kesulitan pemadaman karena angin yang relatif kencang juga mempercepat terbakarnya rumput ilalang yang mengering pada musim kemarau saat ini.
Imbauan untuk Pendaki

Memasuki musim kemarau yang membuat cuaca relatif sangat dingin di puncak gunung terutama saat memasuki subuh hari, pendaki harus hati-hati dan tidak membuat api unggun.
Memang ada perasaan dilematis ketika dihadapkan pada kondisi seperti ini, antara membiarkan tubuh kedinginan atau membuat api unggun dengan resiko kebakaran akan terjadi.
Mengantisipasi hal tersebut, para pendaki harus memperiapkan diri dengan baik untuk menghadapi keduanya. Bawa perlengkapan yang mumpuni agar kamu terhindar dari cuaca dingin tanpa api unggun.*