#PendakiCantik – Maraknya kecelakaan yang menimpa para pendaki sejak wisata alam pendakian dibuka lagi membuat kamu harus mempersiapkan diri sebelum mendaki gunung.
Menurut Sekjen Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis pendaki perlu memanajemen perjalanan pendakiannya dengan baik.
Ia pun memaparkan ada beberapa kejadian atau kecelakaan saat mendaki gunung ketika wisata gunung baru saja dibuka kembali.
Jejak Kasus

Menurut catatannya, di Gunung Cikuray terdapat satu orang mengalami hipotermia dengan keadaan selamat. Baru-baru ini, kejadian pendaki menghilang di Gunung Guntur dan ditemukan selamat.
Sebelumnya pada Senin (6/7/2020), pendaki Gunung Lawu ditemukan meninggal dunia dan diduga mengalami hipotermia.
Rahman menyampaikan beberapa panduan pendakian pada masa new normal seperti saat ini. Apalagi banyak pendaki sudah lama tidak mendaki akibat gunung-gunung tutup pada masa pembatasan sosial.
1. Persiapan sebelum pendakian

Melihat kejadian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ia mengingatkan agar para pendaki menyiapkan segala sesuatu sebelum mendaki gunung.
Menurut Rahman, hal pertama yang harus disiapkan dalam manajemen perjalanan adalah pemahaman kondisi alam atau gunung.
Kondisi alam atau gunung yang dimaksunya adalah soal informasi terkait jalur pendakian, cuaca, suhu dan beberapa aspek lain tentang hal tersebut.
Ia juga mengatakan, saat ini sudah memasuki tengah tahun yang berarti awal musim kemarau. Pada masa ini, kata dia, cuaca di gunung cenderung cerah namun suhu lebih rendah atau dingin.
Oleh karena itu, para pendaki juga harus menyiapkan fisik yang prima sebelum mulai mendaki. Selain itu, para pendaki juga wajib menyiapkan peralatan dan perbekalan selama pendakian.
2. Pahami penyakit-penyakit gunung

Salah satu hal yang ditekankan Rahman adalah pendaki perlu mengetahui dan memahami macam-macam penyakit di gunung misalnya hipotermia.
Ia melihat beberapa kejadian yang ada belakangan ini dan menimpa pendaki diduga karena hipotermia.
Hipotermia saat di gunung bisa menyerang siapa saja. Diberitakan Kompas.com, 23 Juli 2019, korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan dan minuman.
Tubuh kaku dicirikan dengan mengatupnya mulut korban.
3. Ada Teman yang Paham Pendakian

Selain menyiapkan manajemen perjalanan, Rahman menjelaskan bahwa jika ingin mendaki gunung, dalam satu tim atau rombongan ada satu orang berpengalaman.
Paham yang dimaksud Rahman itu terutama soal kondisi medan pendakian, serta memahami ilmu tentang pendakian.
Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya kebersamaan dan menjaga satu sama lain selama pendakian.
Pendapat senada juga dikatakan Sekretaris Jenderal Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Dwi Bahari.
Ia menerangkan pentingnya pengecekan kelompok selama pendakian dan melapor kepada ketua kelompok jika ada anggota yang berpisah.
Ia juga mengimbau bagi para pendaki agar selalu mengikuti protokol kesehatan dan melengkapi keselamatan diri ketika hendak keluar tenda.
4. Gunakan Jasa Pemandu

Pentingnya jasa pemandu juga disinggung oleh Rahman dalam konteks wisata gunung. Apabila wisatawan atau pendaki menginginkan pendakian lebih nyaman dan aman, bisa menggunakan jasa pemandu.
Untuk wisatawan yang ingin kenyamanan dan keamanan dalam wisata pendakian, bisa menggunakan jasa pemandu atau operator wisata gunung profesional.
Selain meminimalisir resiko yang dihadapi selama mendaki gunung, Pemandu juga bisa menjadi teman becerita agar pendaki tidak merasa takut dan kesepian selama mendaki.