Pendakicantik.com – Sebagai salah satu gunung yang dikeramatkan oleh masyarakat Bali, Gunung Agung memiliki mitos yang tidak boleh dilanggar.

Hal ini agar pendaki dapat mencapai puncak dengan selamat dan aman.

Baca Juga: Gunung Kencana; Jalur Trekking Singkat dan Curam Beri Tantangan Seru

Gunung Agung memiliki ketinggian 3.124 meter di atas permukaan laut menjadi favorit para pendaki gunung. Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem Bali.

Sederet Mitos dan Pantangan di Gunung Agung

Selain itu, gunung ini juga terkenal dengan kesakralannya yang masih terjaga hingga saat ini.

Menurut pemangku di Pura Pasar Agung Jro Mangku Gede Umbara (60), dikatakan bahwa sebenarnya terkait dengan cerita-cerita yang beredar, ia tidak berani menyebut bahwa itu hanyalah sebuah mitos.

Hal ini karena sudah banyak terbukti jika mitos dilanggar akan mendapatkan bahaya saat melakukan pendakian di Gunung Agung.

Mitos seputar Gunung Agung ini sebenarnya boleh percaya atau tidak percaya tentang pantangan tersebut. Akan tetapi masyarakat Hindu di sana sangat menjunjung tinggi kesakralan Gunung Agung.

Baca Juga: Gunung Telomoyo: Tempat Berburu Sunrise yang Romantis

Sederet mitos dan pantangan di Gunung Agung

  1. Tidak Boleh Bawa Daging Sapi atau Babi

Tidak boleh membawa daging sapi atau babi saat melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung. Karena berdasarkan cerita-cerita orang tua zaman dulu, Ida Bhatara yang ada di Gunung Agung dalam bentuk Siwa. Siwa dalam hal ini kendaraannya adalah sapi atau lembu.

  1. Orang Berilmu Spiritual Tinggi Bisa Menemukan Sapi Hitam Besar

Bagi mereka yang memiliki ilmu spiritual yang tinggi saat melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung sering menemukan sapi hitam besar. Maka dari itu sampai saat ini membawa daging sapi ke puncak Gunung Agung sangat tidak diperkenankan.

Sederet Mitos dan Pantangan di Gunung Agung
Foto: Pendaki Cantik – @anikwidyastuti_
  1. Dilarang Membawa atau Menggunakan Emas

Selain itu, bagi para pendaki juga tidak diperkenankan untuk membawa atau menggunakan peralatan emas ke puncak Gunung Agung. Karena gunung dalam niskala atau alam tidak nyata merupakan sebuah emas. Jadi jika pendaki membawa emas maka energinya akan menjadi lebih besar.

  1. Dilarang Mendaki di Hari Tertentu

Ada hari-hari tertentu yang tidak boleh melakukan pendakian ke Gunung Agung. Seperti Sabtu Kliwon atau Tumpek, Rabu Wage, Selasa Kliwon.

Karena sejak dahulu, hari-hari tersebut merupakan payogaan Ida Bhatara di Gunung Agung. Saat hari-hari itu di Gunung Agung bisa tiba-tiba terjadi gelap, kadang juga terjadi angin berhembus sangat kencang dan yang lainnya.

Baca Juga: Klaten: Dijuluki Kota 1001 Umbul dan Mata Air Alami yang Indah

  1. Pantangan Masyarakat Setempat Ucap “Puyung”

Bagi masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Agung, di sana juga terdapat beberapa penghasilan yaitu buah belanding atau buah yang mirip seperti pete dan itu bisa dijual. Jika saat melakukan panen masyarakat mengucapkan “puyung” maka seluruh buah belanding akan kosong isinya.

Pantangan itu memang benar adanya karena sudah terbukti begitupun sebaliknya. Jadi masyarakat di kaki Gunung Agung harus berhati-hati dalam berucap.

  1. Larangan Menekan Lutut

Jika melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung setelah melewati Pura Tirta Mas tidak diperbolehkan untuk menekan lutut. Jika itu dilakukan maka tidak akan pernah bisa mencapai puncak dan itu masih terbukti sampai saat ini.

Sederet Mitos dan Pantangan di Gunung Agung
Foto: Pendaki Cantik – @robbypurba
  1. Pantangan Melakukan Aktivitas Pendakian Saat Piodalan di Pura Pasar Agung

Saat piodalan di Pura Pasar Agung, dari mulai nyejer atau Ida Bhatara melinggih juga tidak diperkenankan untuk dilakukan aktivitas pendakian. Dan jika itu dilanggar maka akan dilakukan peringatan atau teguran. Biasanya Ida Bhatara nyejer selama 11 hari lamanya sampai dilakukan penyineban.

Share.