Hai, Pendaki cantik! Apakah kamu juga ketagihan dan rindu untuk mendaki gunung? Kamu tidak sendiri. Banyak yang merasakan hal yang sama.

Tetapi justru karena itu, banyak orang (terutama yang belum pernah mendaki) bertanya-tanya: kenapa para pendaki selalu ketagihan untuk mendaki gunung lagi?

Kerinduan Seorang Pendaki Cantik

“Aku rindu kamu. Tapi, jujur aku juga rindu dia (puncak Merapi). Aku rindu sejuta pesona yang ada di sana; beribu keindahan yang terhampar di depan mata saat kujejakkan kaki di puncaknya yang tinggi menjulang seolah membelah langit biru.

Aku rindu semua yang ada di sana. Aku janji akan ke sana lagi suatu saat nanti untuk obati rindu ini. Dan yang pasti, tidak akan pakai celana jeans lagi. Karena itu tidak safety.” – @lalakharisma

Kerinduan Seorang Pendaki Cantik
Gunung Merapi | @lalakharisma

BacaMerapi: Kugapai Bersama Sahabat

Ide untuk ‘memperpanjang’ artikel ini bermula dari sharing seorang Pendaki Cantik tentang betapa ia sangat rindu untuk kembali menanjaki puncak Merapi.

Ternyata, sharing serupa juga banyak berseliweran di media sosial, terselip di antara postingan-postingan dengan taggar #latepost berlatar pendakian terakhir.

Google dan mesin pencarian lainnya pun menampilkan keresahan yang sama. Coba ketikkan “rindu mendaki lagi” atau “alasan ketagihan mendaki”.

Ada berapa artikel yang menampilkan ungkapan keresahan para penulisnya tentang keinginan mereka untuk segera kembali ke gunung? Banyak.

Ada berapa artikel yang menyajikan jawaban atas pertanyaan kenapa orang ketagihan mendaki gunung? Tak kalah banyak.

Perasaan rindu itu ibarat candu yang mencolek waktu, sampai-sampai orang-orang di sekitarmu menganggap kamu ‘ketagihan’. Kamu tidak sendiri.

Para pendaki umumnya mengalami itu; perasaan ingin kembali untuk sekali lagi mengulang pengalaman menaklukkan tantangan menggapai atap langit dari puncak berkabut.

Ada Apa di Atas Gunung?

Ya. Apa sih yang ditawarkan gunung sehingga ramai orang merindukannya? Harta terpendam? Barang berharga? Benda keramat? Mantan? #Ehh..

Menjawab rasa penasaran dan pertanyaan-pertanyaan itu, kami mencoba menghimpun sharing, cerita, renungan, dan bahkan kebenaran dalam guyonan-guyonan ‘para perindu’ tentang ‘kecanduan’ mereka.

Rindu di Atas Gunung
#EdisiKangen | @aviyesi_

Baca10 Alasan Untuk Mendaki Gunung

Penuh Tantangan, Bahkan Bahaya!

  1. Medannya cenderung tidak mudah, bahkan sulit hingga level mustahil. Berbatu-batu, berlumpur, berkerikil, berpasir, juga berdebu. Ketinggiannya terjal, curam; membuat bulu kuduk merinding membayangkan bagaimana jika harus terjatuh.
  2. Dihuni makhluk-makhluk (dan tumbuhan) liar. Sebagian dari antaranya akan mengamuk jika merasa terganggu. Lainnya akan menggigit tanpa permisi. Ada yang bahkan belum dikenali, entah sebahaya Kobra dalam tayangan Discovery Channel ataukah semanis Pikachu di legenda Pokemon Go.
  3. Temperatur suhu udaranya akan berubah dengan sangat ekstrim. Gunung tak senyaman hangatnya kamar tidur dengan bantal, selimut, dan boneka yang selalu membuatmu kerasan. Suhu di gunung bisa saja sesaat sejuk tetapi bisa juga berubah sangat panas membakar atau sangat dingin membekukan tulang.
  4. Minim tempat berlindung jika cuaca sedang tidak bersahabat. Karena gunung adalah tempat terdekat dengan atap langit, bayangkan gemuruh guntur dan percikan kilatnya. Bayangkan hantaman panas terik, terpaan hujan, atau tiupan angin yang sekencang-kencangnya. Bayangkan, lindunganmu hanya setutupan tenda di bawah bayang-bayang dedaunan.
Gunung Penuh Tantangan, Bahkan Bahaya
Gunung Raung | @miss_beransel

Ya, gunung memang menyimpan tantangan dan bahkan bahaya!

Hanya mereka yang benar-benar siap menghadapi semua itu dengan baik-lah yang bisa mencapai puncak gunung dan pulang untuk menceritakannya dengan bangga.

Bangga, karena saat seorang pendaki berusaha menaklukkan semuanya itu, di saat yang sama ia telah menaklukkan dirinya sendiri.

Hanya Tempat, Tidak Lebih!

  • Hanya tempat, yang hening. Tidak ada keriuhan dan ramai suara keseharian.
  • Hanya tempat, yang sama. Tidak banyak berubah dari waktu ke waktu. Asri.
  • Hanya tempat, yang alami. Minus bahan instan atau remote kontrol pengatur.
  • Hanya tempat, yang sederhana. Tanpa dandanan atau polesan berlebihan.
  • Hanya tempat, yang jauh. Jauh dari rutinitas yang sama. Jauh dari masa lalu. #Ehh!

Ya, gunung hanyalah tempat dengan sederetan yang … Tidak lebih. Ia tidak mengusikmu seperti kekasih yang memaksamu merindu atas nama kangen tak tertahankan.

Namun, justru dari diam dan kesederhanaannya itulah, pesona dan keteguhannya terpancar.

Gunung Hanya Tempat, Tidak Lebih
Merbabu via Suwanting | @fera_dwica1

BacaAku dan Kenangan di Puncak Gunung

Ah, ya. Hampir lupa. Gunung hanya tempat, dengan sunrise dan sunset yang tak akan bisa disandingkan dengan pagi dan senja manapun. Kira-kira begitu.

Sekian dulu sharing singkat tentang pambahasan tema alasan di balik kecanduan naik gunung, lagi. Pendaki cantik, kamu punya perasaan yang sama?

Jika ya, apa alasan kamu rindu naik gunung lagi? Tuliskan di kotak komentar, ya.

Semoga kisah dan pengalamanmu dapat melengkapi kekurangan-kekurangan yang belum ada dalam catatan ini. Jangan pernah bosan mendaki. Semesta menantimu, di sana …

Kontributor: Rana

Share.