Pendakicantik.com – Nama dan juga pesona Ranu Kumbolo rasanya sudah tidak asing lagi di telinga para pendaki.
Ranu Kumbolo menjadi salah satu destinasi wisata yang memiliki keindahan yang bisa dinikmati para pendaki saat berkunjung ke Gunung Semeru, Jawa Timur.
Baca Juga: Hujan Deras Di Gunung Semeru, Jalur Besuk Kobokan dan Besuk Lanang Diterjang Banjir Lahar
Ranu Kumbolo merupakan sebuah sungai atau danau yang berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Ranu Kumbolo sebagai tempat transit bagi para pendaki sebelum mencapai puncak Gunung Semeru.
Ranu Kumbolo: Spot Favorit dengan Beragam Mitos Menarik
Selain mempunyai pesona yang tak terbantahkan dan menarik untuk disambangi, danau ini juga dijuluki sebagai surganya Gunung Semeru yang menyimpan begitu banyak keindahan maupun hal-hal misterius di dalamnya.
Baca Juga: Ranu Kumbolo: Kondisinya Pasca Erupsi Semeru dan Penutupan Jalur Pendakian
Spot Favorit dengan Beragam Mitos Menarik
Di danau ini biasanya para pendaki beristirahat dan mendirikan tenda di sekitar danau tersebut sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak Mahameru.
Yang menariknya lagi, Ranu Kumbolo juga menjadi tempat favorit dan terbaik untuk bisa menikmati sunrise dan sunset. Namun sebelum lebih jauh mengenal Ranu Kumbolo, simak lebih dulu beragam mitos yang beredar yang menarik untuk ketahui.

Sakralnya Air Danau
Banyak mitos yang beredar jika masyarakat percaya kalau Ranu Kumbolo merupakan air yang begitu suci dan sakral hingga saat ini tempat semegah ini kerap digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat setempat.
Saking sakralnya danau ini, terdapat beberapa larangan bagi pendaki yang transit danau ini. Misalnya yang pertama, pendaki tidak diperbolehkan untuk mandi, mencuci, apalagi buang air di danau. Bagi para pengunjung, jangan coba-coba berenang juga, karena suhunya sangat ekstrim dan kedalamannya mencapai 28 meter.
Di balik kebenaran mitos yang beredar itu, para pendaki memang harus mematuhi aturan tersebut. Mematuhi aturan larangan tersebut itu artinya menjaga keindahan dari danau atau ranu itu sendiri.
Baca Juga: Ranu Kumbolo: Kondisinya Pasca Erupsi Semeru dan Penutupan Jalur Pendakian
Tanjakan Cinta
Semua orang pasti sudah dan bahkan tidak asing lagi dengan tanjakan cinta di Gunung Semeru ini. Tepat di sebelah barat Ranu Kumbolo, para pengunjung bisa menikmati indahnya tanjakan cinta yang mengarah ke puncak Gunung Semeru.
Konon, tanjakan cinta ini menyimpan berbagai mitos yang menarik untuk ditelusuri. Salah satu mitos tersebut adalah bagi siapapun yang terus mendaki tanjakan cinta sembari memikirkan sang pujaan hati tanpa menoleh ke belakang, maka nantinya kisah percintaan kalian akan bahagia. Tapi sebaliknya, jika ada yang berani mengoleh ke belakang, maka kisah cinta akan berakhir pilu.
Mitos ini bermula pada saat sepasang kekasih yang ingin tunangan mendaki Gunung Semeru. Konon, ketika melewati tanjakan cinta ini sang pria harus lebih dulu di puncaknya.
Namun saat tiba-tiba menoleh ke belakang, ia pun menyaksikan tunangannya yang terguling bahkan hingga tewas lantaran kelelahan.

Ikan Mas, Penjaga Ranu Kumbolo
Benar atau tidaknya, Danau Ranu Kumbolo begitu banyak dilimpahi ikan mas. Namun, ada larangan bagi setiap pengunjung danau untuk tidak memancing atau menangkapnya. Pasalnya, warga setempat meyakini bahwa ikan mas tersebut merupakan jelmaan dewi yang ditugaskan untuk menjaga keindahan Ranu Kumbolo.
Ada Dewi Berkebaya Kuning
Sungguh luar biasa Ranu Kumbolo, selain indah berbagai hal yang diluar nalar bisa kita temukan di sini. Selain berwujud ikan mas, romannya penunggu Ranu Kumbolo juga diasosiasikan dengan penampakan sosok wanita.
Menurut cerita yang beredar, wanita tersebut kerap muncul dengan pakaian kebaya berwarna kuning.
Baca Juga: 5 Monumen Paling Ikonik yang Wajib dikunjungi di Surabaya
Puncak Abadi Para Dewa
Setelah transit di Ranu Kumbolo, para pengunjung bisa melanjutkan perjalanannya ke Puncak Mahameru. Dimana, puncak ini merupakan titik tertinggi di Pulau Jawa. Jauh lebih tinggi dibandingkan puncak Gunung Slamet, Sumbing, Sindoro, ataupun Gede Pangrango.
Bahkan, Mahameru juga dikenal sebagai puncak abadi para dewa yang menghubungkan manusia dan kayangan. Hingga kini, masyarakat Jawa dan Bali masih menganggap puncak ini sebagai kediaman dewa sehingga masih terdapat sesajen di beberapa titik.

Pakunya Pulau Jawa
Bagi sebagian mitos yang beredar, khususnya masyarakat Jawa tertulis dalam kitab kuno Tantu Pagelaran, dulunya Pulau Jawa mengambang di lautan.
Kemudian, dewa memutuskan untuk memaku Pulau Jawa dengan memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa. Pada awalnya, gunung ini berada di ujung barat tanah Jawa. Namun karena posisinya jadi berat sebelah, maka gunung tersebut dibagi dua dengan Gunung Semeru di sisi timur dan Gunung Penanggungan di sisi barat Jawa. Sebelum muncul, asap akan mengepul di permukaan danau pada saat bulan purnama.