#PendakiCantik – PVMBG mengingatkan bahwa Gunung Slamet hingga saat ini masih berstatus waspada. Pendakian masih belum diizinkan atau dilarang.
Menurut keterangan petugas PVMBG Post Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet, Sukedi saat ini data-data yang menunjukkan Gunung Slamet fluktuatif masih ada sehingga berstatus waspada.
Menurut dia, data-data yang masih fluktuatif tersebut terutama pada kegempaan dan jarak kemiringan (electronic distance meter/EDM) Gunung Slamet.
Deformasi atau perubahan ukuran masih terjadi di gunung yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes itu.
Diminta Mendaki di Tempat Lain

Demi menjaga dan menjamin keamanan para pendaki, Sukedi menyarankan agar mendaki di gunung lain dulu selain Gunung Slamet.
Hal ini menurutnya, meski sudah berlangsung selama hampir setahun, status Gunung Slamet masih bertahan dalam posisi waspada.
Dia mengakui, intensitas embusan asap yang dikeluarkan kawah di puncak Gunung Slamet hingga saat ini masih relatif lemah.
Berdasar pengamatan dari Pos PGA Slamet, tinggi embusan asap pada Rabu (29/7) pagi hingga siang berkisar 25–100 meter.
Jejak Penetapan Status

Melihat fenomena yang ada Sukedi juga berharap agar Gunung Slamet tidak sampai mengembuskan asap yang pekat atau tidak mengalami peningkatan aktivitas fluktuatif.
Untuk diketahui, PVMBG meningkatkan status Gunung Slamet dari aktif normal (tingkat I) menjadi waspada (tingkat II) sejak 9 Agustus 2019.
Peningkatan status tersebut setelah PVMBG melakukan analisis terhadap hasil pemantauan aktivitas Gunung Slamet dari Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan.
Sejak Juni hingga 8 Agustus 2019 tercatat 51.511 kali embusan asap, lima kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh.
Ada Getaran Tremor

Selain gempa-gempa tersebut, pada akhir Juli 2019 mulai terekam getaran tremor dengan amplitudo maksimum 0,5–2 milimeter dan masih berlangsung hingga saat pelaporan serta energi kegempaan terdeteksi meningkat secara gradual.
Pengukuran jarak miring dengan metode EDM berfluktuasi dan berada pada pola datar, sedangkan dengan pengukuran ungkitan dengan tiltmeter terdeteksi adanya penggembungan (deformasi) mulai akhir Juli 2019.
Sementara dalam pengukuran suhu mata air panas di tiga lokasi menunjukkan nilai 44,8–50,8 derajat Celcius atau menunjukkan adanya kecenderungan naik dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.