Pendakicantik.com – Seperti halnya gunung lain yang ada di Indonesia, mitos Gunung Bawakaraeng sangat populer beredar di kalangan pendaki maupun penduduk setempat.
Selain memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, sejumlah gunung di Indonesia juga dikenal dengan cerita mistis dan mitos bahkan dikenal angker di kalangan penduduk sekitar gunung
Baca juga: Rombongan Wisatawan Adu Argumen dengan Petugas Wisata Gunung Bromo
Setiap gunung di Indonesia memiliki mitosnya masing-masing. Sebuah cerita rakyat yang belum pasti kebenarannya, menjadi budaya penduduk setempat dan diwariskan secara turun-temurun.
Sebagai seorang pendaki gunung pasti pernah mendengar mitos semacam ini. Karena mitos yang bersumber dari cerita penduduk setempat ini sudah menjadi hal biasa di telinga mereka.
Baca juga:b Jalur Pendakian Gunung Arjuno Welirang Ditutup, Kondisi Cuaca Ekstrim
Mitos Gunung Bawakaraeng yang Beredar di Pendaki dan Penduduk Setempat
Bahkan tak jarang sebagian dari mereka pernah mengalami peristiwa aneh yang berkaitan dengan mitos tersebut. Baik itu dari penduduk setempat atau dari para pendaki saat mereka berada di gunung tersebut.
Hantu Nino di Pos 3
Hantu Nino menjadi salah satu legenda paling populer di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng. Kabarnya Nino adalah pendaki wanita yang mengalami nasib naas saat mendaki.
Cerita tentang Nino dimulai di era tahun 80-an yakni masa-masa awal pendakian Gunung Bawakaraeng. Sebutan Nino diberikan karena tidak ada satu orang pun yang tahu identitas asli wanita yang ditemukan tergantung di sebuah pohon besar di pos 3 jalur pendakian.
Hantu Nino disebut sering menampakkan diri pada bulan purnama. Sejumlah pendaki juga mengaku karelnya tiba-tiba berat saat melewati pos 3 khususnya yang menggunakan karel berwarna merah. Bahkan hantu Nino disebut-sebut sering membuat pendaki tersesat apabila berbuat yang aneh-aneh di sepanjang jalur pendakian.

Pasar Anjaya
Cerita mistis yang paling populer di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah Pasar Anjaya. Lokasinya berupa tanah lapang yang terletak di antara Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang.
Warga setempat menyebut Pasar Anjaya adalah pasar hantu atau tempat berkumpulnya jin. Pendaki disarankan untuk tidak mendirikan tenda di lokasi Pasar Anjaya.
Lokasi pasar memang terlihat berbeda karena dikelilingi pepohonan namun pada titik yang dimaksud tidak satu pun pohon yang tumbuh.
Cerita keanehan hingga suara keramaian akan terdengar tanpa bisa disaksikan jika nekat mendirikan tenda di lokasi pasar.
Baca Juga: Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng Paling Populer lewat Desa Lembanna
Ritual Haji Bawakaraeng
Istilah Haji Tabattu atau Haji Bawakaraeng sangat melekat dengan warga yang tinggal di sekitar Gunung Bawakaraeng. Mereka mempercayai jika tak bisa menunaikan haji ke Mekkah maka cukup meniatkan haji di Bawakaraeng.
Ritual haji dimulai pada saat salat Idul Adha di Gunung Bawakaraeng. Beberapa sesajen dibawa warga seperti gula merah, kelapa, daun sirih dan juga pinang.
Warga juga melakukan ritual dengan melepas hewan ternak. Biasanya yang dilepas adalah ayam dan kambing. Pendaki dapat menangkap ayam tersebut untuk dikonsumsi.

Arti Nama Gunung Bawakaraeng
Secara harfiah Gunung Bawakaraeng berarti Mulut Tuhan atau mulut Raja. Raja merujuk pada penguasa manusia, karena kepercayaan orang Makassar kuno berbentuk Dinamisme yakni keberadaan Batara sebagai penentu alur kehidupan manusia.
Kata ‘bawa’ yang berarti mulut atau tempat di mana kata akan keluar. Sementara ‘Karaeng’ diartikan sebagai Tuhan, Dewa, Raja, Yang Mulia, Yang Agung. Sehingga diartikan bahwa Bawakaraeng adalah salah satu sumber kehidupan yang diberikan sang Batara kepada manusia.
Nama tersebut kemungkinan diambil karena tanah di sekitar Gunung Bawakaraeng yang sangat subur. Tanah di sekitar gunung Bawakaraeng dapat ditempati bercocok tanam sepanjang tahun baik musim penghujan maupun musim kemarau.