Pendakicantik.comGunung Agung merupakan salah satu gunung di Pulau Bali, yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Dalam sejarah Gunung Agung Bali, pernah terjadi letusan yang sangat dasyat dan menyebabkan bencana bagi penduduk di Pulau Dewata.

Baca juga: 6 Jenis Tas Pendaki Gunung Berdasarkan Lama Waktu Pendakian

Pada tanggal 17 Maret 1963, terjadi ledakan dasyat ketika Gunung Agung memuntahkan aspat atau abu vulkanik sehingga membuat langit Bali saat itu menjadi gelap gulita di siang hari.

Bencana alam ini juga menimbulkan ribuan korban jiwa dan menimbulkan kerugian material akibat dampak lingkungannya.

Baca juga: Sampah saat mendaki; 5 Benda yang Tidak Boleh Kamu Bawa ke Gunung

Gunung Agung: Sejarah Lengkap Letusan Dasyat yang Mengguncang Bali 1963

Dilansir dari jurnal berjudul Analisis Regangan Gunung Agung Berdasarkan Data Pengamatan GPS Tahun 2017 oleh Firman Ichsan dan website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berikut adalah pembahasan mengenai sejarah letusan Gunung Agung.

Meletus di Tahun 1808

Meletusnya Gunung Agung tercatat dimulai dari tahun 1808, berupa lontaran abu dan batu apung yang keluar dari mulut kawah Gunung Agung dalam jumlah yang besar dan kemudian disusul pada tahun 1821 dan 1843. Pada tahun 1843, terjadi letusan Gunung Agung yang terakhir pada periode sebelum Gunung Agung istirahat sampai tahun 1963.

Walaupun pernah terjadi erupsi sebelumnya, sebagian masyarakat Bali percaya bahwa gunung yang sakral ini tidak akan mencelakai mereka. Di sekitar Gunung Agung, juga terdapat Pura Besakih yang menjadi tempat peribadatan untuk menyelenggarakan upacara adat terkait alam.

Salah satu upacara yang dilakukan adalah Eka Dasa Rudra, yaitu upacara khusus yang digelar setiap 100 tahun sekali. Namun, upacara Eka Dasa Rudra tersebut bertepatan dengan beberapa waktu menjelang letusan Gunung Agung pada tahun 1963.

Gunung Agung: Sejarah Lengkap Letusan Dasyat yang Mengguncang Bali 1963
Foto: Pendaki Cantik –

Pada tahun 1963, beberapa pekan sebelum letusan besar, sebenarnya sudah ada dentuman keras yang sudah terdengar pada tanggal 18 Februari 1963 yang disertai dengan asap tebal. Enam hari kemudian, aliran lahar berlangsung secara terus menerus selama beberapa pekan.

Seiring berjalannya waktu, Gunung Agung pun semakin aktif dan pemerintah memberi peringatan kepada masyarakat untuk mengosongkan Pura Besakih yang letaknya berada di daerah Gunung Agung. Beberapa warga mengungsi ke daerah yang lebih aman, tetapi masih ada beberapa orang yang tetap bertahan di Pura Besakih untuk menyelesaikan Upacara Eka Dasa Rudra.

Kemudian, pada tanggal 17 Maret 1963, terdengar gemuruh yang begitu menggelegar dari arah puncak Gunung Agung Bali. Dentumannya begitu keras sehingga menimbulkan perasaan ketakutan di tengah masyarakat Pulau Dewata.

Ketika dentuman terjadi, masyarakat di sekitar mulai panik dan segera mengambil tindakan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Rasa panik, tegang, dan takut yang dialami masyarakat semakin parah dengan munculnya desas-desus bahwa hari kiamat akan segera datang saat itu.

Pada saat bencana letusan gunung berapi terjadi, siang hari yang cerah mendadak menjadi gelap karena abu vulkanik yang menutupi cahaya matahari yang sama sekali tidak tampak pada hari itu. Kondisi gelapnya langit Bali ini disebabkan oleh Gunung Agung yang menyemburkan abu vulkaniknya ke udara sejauh belasan kilometer.

Letusan ini juga menyebabkan penurunan suhu planet Bumi sebesar 0,4 derajat celsius. Penurunan suhu ini terjadi karena material vulkanik berupa aerosol sulfat dari perut gunung itu terbang hingga belasan kilometer dan melapisi atmosfer bumi.

Baca Juga: Gunung Api Bawah Laut Setinggi 2.200 Meter, Baru Ditemukan Di Pacitan

Aktif Setelah Lama Tidur

Letusan yang terjadi pada 1963 tersebut merupakan puncak erupsi yang terjadi pada periode tersebut. Letusan masih terus terjadi selama beberapa kali pada pekan berikutnya, gunung juga mengeluarkan lahar dingin di sepanjang lereng selatan, tenggara, hingga lereng utara.

Bencana letusan ini menimbulkan korban jiwa sebanyak 1.549 nyawa. Selain itu, sekitar 1.700 rumah hancur dan ratusan ribu orang kehilangan mata pencahariannya.

Selain itu, lahar yang keluar dari letusan juga menyebabkan ratusan ribu ton produksi pangan yang rusak. Sebagian besar masyarakat pun harus mengungsi karena dampak yang telah ditimbulkan oleh bencana letusan.

Setelah letusan yang dahsyat pada tahun 1963, aktivitas mulai mengalami penurunan. Gunung ini beristirahat selama puluhan tahun. Setelah 54 tahun istirahat, pada bulan September 2017 kegiatan vulkanik kembali menunjukkan peningkatan. Sepanjang bulan September sampai Oktober, intensitas kegempaan masih terus meningkat.

Gunung Agung: Sejarah Lengkap Letusan Dasyat yang Mengguncang Bali 1963
Foto: Pendaki Cantik –

Pada tanggal 21 November 2017, fase erupsi dimulai yang ditandai dengan semburan abu vulkanik setinggi 700 meter. Pada tanggal 28 November 2017, erupsi kembali terjadi dengan ketinggian kolom abu mencapai 4 kilometer di atas puncak.

Berdasarkan laporan dari Kementerian ESDM, erupsi kembali terjadi pada Juni 2018. Lalu, pada Mei 2018, kembali mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu 2000-2500 meter di atas puncak gunung.

Share.