Pendakicantik.com – Berburu ikan paus? Bukankah telah ada peraturan resmi secara internasional bahwa ikan paus tak sepantasnya diburu lagi?
Lantas, bagaimana bisa kamu menyaksikan perburuan ikan paus ini di Flores? Rupanya, walau pemburuan ikan paus sudah dilarang di dunia, mereka membuat pengecualian untuk satu daerah ini, yaitu di Flores, tepatnya Desa Lamalera.
Pemburuan paus sperma (sperm whale) di Lembata, Nusa Tenggara Timur, sudah dikenal masyarakat dunia dan jadi tontonan. Wisatawan mancanegara mengenalnya dengan nama Lamalera Whale Catching Adventure.
Baca juga: JALUR TOREAN GUNUNG RINJANI: TIDAK COCOK UNTUK PENDAKI PEMULA

Fakta Unik: Mengintip Tradisi Berburu Ikan Paus Di Lembata
Lembata adalah sebuah pulau gugusan Kepulauan Solor yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor. Wilayahnya beriklim sabana tropis.

Sekilas Tentang Lembata
Kabupaten Lembata merupakan sebuah kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibukota kabupaten Lembata berada di Kelurahan Lewoleba, bagian dari Kecamatan Nubatukan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Lembata 2021, masyarakat di kabupaten ini berjumlah 135.930 jiwa berdasarkan data tahun 2020 dengan kepadatan 107 jiwa/km persegi.

Tradisi Berburu Ikan Paus
Pemburuan ikan paus ini dilakukan oleh masyarakat pesisir di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, saat musim migrasi paus. Tradisi ini telah menjadi tradisi sekaliagus ritual yang dilakukan secara tahunan.
Dalam satu kelompok ikan paus yang bermigrasi, ada beberapa jenis yang tidak boleh diburu. Salah satunya adalah ikan Paus Biru. Alasan ikan Paus Biru tidak boleh diburu karena jenis ini disakralkan oleh masyarakat setempat.
Orang lokal mempercayainya sebagai sebuah ritual khusus. Tiap tahun rombongan ikan paus bermigrasi dari belahan bumi utara ke bumi selatan. Salah satu jalur yang dilalui adalah perairan Lembata. Momen ini terjadi pada Mei -Oktober.

Di rentang bulan itu, masyarakat mulai melakukan ritual-ritual kebudayaan untuk membaca pertanda alam, kapan datangnya rombongan paus.
Perburuan juga tidak dilakukan tiap hari. Masyarakat adat di sana berburu menggunakan perahu tradisional. Biasanya dalam satu perahu berisi belasan hingga puluhan orang yang bersiap dengan tombak di tangan.
Selesai berburu, mereka akan membagi-bagikan dagingnya ke semua yang berada di kapal, sesuai beratnya tugas. Di samping itu, sebagian dibagikan pada warga yang kurang mampu.
