#PendakiCantik – Muhammad Daniel Zulekha (57) memilih mengabdikan dirinya menjadi penjaga kelesetarian alam Gunung Talamau, Sumatra Barat dari puluhan tahun silam.
Saking cintanya terhadap gunung tersebut, hingga hari ini Daniel masih menetap di kaki Gunung Talamau meski dirinya jarang mendapat perhatian dari pemerintah.
Kecintaan Daniel terhadap Gunung Talamau berawal saat ia pertama kali mendaki ke sana pada 1984. Saat itu, ia terpesona dengan keindahan Gunung Talaumau.
Mulai saat itu pula Daniel bertekad ingin menjaga, merawat, dan melestarikan sekaligus mempromosikan Gunung Talamau kepada para pendaki.
Membuat Jalur Pendakian

Untuk mewujudkan niatnya, pria yang sudah mendaki 36 gunung di Indonesia itu membuat jalur pendakian yang aman menuju puncak Talamau.
Tahap awal, dia mengukur panjang lintasan jalur pendakian, membuat tanda jalur, dan membangun shelter.
Berbeda dengan gunung lain di Indonesia yang banyak didaki orang, di Gunung Talamau tak sepotong sampah organik pun yang bisa ditemui. Daniel begitu intens merawat gunung tersebut.
Mendaki Tanpa Sampah Tertinggal

Kepada setiap pendaki, ia selalu menekankan untuk membawa turun sampah yang mereka hasilkan. Untuk itu, dia selalu memeriksa perlengkapan yang dibawa oleh para pendaki.
Satu persatu makanan yang dibawa mereka dicatat. Daniel tak segan-segan mendenda para pendaki apabila sampah yang dibawa turun tidak sesuai dengan jumlah perbekalan yang dimakan.
Sekali sepekan, ia juga mendaki puncak Talamau sekadar melihat atau memeriksa keadaan di sepanjang jalur pendakian.
Tantangan dan Tidak Diperhatikan

Kecintaan Daniel terhadap lingkungan Talamau bukan tanpa rintangan. Ia kerap bertentangan dengan para pencuri kayu, bahkan tak jarang menerima ancaman dari para cukong.
Atas usahanya itu, Daniel diangkat menjadi pegawai honorer di Kabupaten Pasaman sejak 1995. Setiap bulan, dia menerima honor Rp 40 ribu.
Namun sejak pemekaran Kabupaten Pasaman, ia tak lagi mendapatkan honor. Itu telah berlangsung selama lima bulan.
Pekerjaan Sampingan

Jika tak ada pendaki yang datang, Daniel membersihkan pekarangan pondoknya dengan mesin pemotong miliknya.
Terkadang, dia bekerja sampingan, menerima order sebagai pemotong rumput di sekolah di kompleks perkantoran atau di rumah-rumah penduduk untuk menambah penghasilannya.
Tapi Daniel tetap menjadikan Gunung Talamau sebagai halaman rumahnya, dirawat, diperhatikan, dan dibersihkan.*