#PendakiCantik – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, pertama kali dalam sejarah, Gunung Merapi memiliki dua kubah lava.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengungkapkan, pada 4 Februari 2021 lalu, pihaknya melihat pertumbuhan kubah lava baru di tengah kawah sisi Tenggara Gunung Merapi.

Informasi terkait dengan pertumbuhan kubah ini disampaik Hanik dalam Siaran Informasi BPPTKG tentang Aktivitas Merapi Terkini di Youtube BPPTKG Channel, Jumat (5/2).

Tapi, Hanik menegaskan, pertumbuhan kubah lava baru Merapi tersebut sangat lambat dibanding kubah lava yang ada di tebung Barat Daya gunung setinggi 2.930 meter di atas permukaan laut itu.

Bahayanya Belum Signifikan

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Tribun-Video.com Official (@tribun_video)

Banyak pihak bertanya dan mencari tahu soal apakah pertumbuhan kubah lava itu sangat berbahaya atau tidak. Dalam keterangannya Hanik menegaskan bahwa bahayanya belum terlalu signifikan karena masih kecil.

Adapun kubah lava yang masih kecil tersebut jika terjadi awan panas hanya bisa menjangkau jarak paling dekat dari puncak yakni sejauh 6,5 kilometer atau masih jauh dari pemukiman warga.

Hanik menegaskan bahwa terkait dengan informasi yang beredar yang menyebutkan ada kubah lava di bawah puncak Merapi adalah tidak benar. Hal yang dimaksud hanyalah material yang terlontar dari awan panas.

Jarak luncuran awan panas terjauh

Cetak Sejarah, Gunung Merapi Kini Punya Dua Kubah Lava
Foto: Pendaki Cantik – @madscaper

Sementara pertumbuhan kubah lava tebing Barat Daya, Hanik bilang, pasca erupsi besar pada 27 Januari lalu, kecepatannya relatif kecil untuk Gunung Merapi.

Pada 4 Februari, volume kubah lava di tebing Barat Daya terukur sebesar 117.400 m3. Terjadi pertumbuhan kubah lava dengan laju pertumbuhan 12.600 m3 per hari.

Sejak 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki fase erupsi yang bersifat efusif. Erupsi yang dikenal juga sebagai tipe Merapi adalah erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava disertai guguran lava dan awan panas.

Sejauh ini, menurut Hanik, jarak luncuran awan panas terjauh mencapai 3,5 kilometer yang terjadi pada 27 Januari lalu.  Adapun dominasi guguran awan panasnya itu ke arah Barat Daya.

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi, berupa erupsi efusif. Tapi, status masih sama, dalam tingkat Siaga sejak 5 November 2020 lalu.

“Status Awas belum kami tetapkan. Penetapan status Awas kalau ancaman awan panas sudah ke penduduk,” kata Hanik.*

Share.