Belum ada judul, sebut saja begitu. Atau, dengan apakah kisah tentang para pendaki cantik yang tetap setia membawa lipstik dan sederet alat kosmetik kau namai?

Rinai hujan senja ini membawaku larut dalam lamunan panjang. Anganku melayang dan terbang jauh menembus kabut tipis yang sejak siang tadi menggelantung di langit seakan tak mau diusir pergi.

Bak terhanyut, aku seolah terpaku dalam lamunan. Aku larut. Aku terbuai. Sesekali sunggingan senyum hiasi bibir tipisku kala kuingat hari itu.

View this post on Instagram

A post shared by Pendaki Cantik (@pendakicantika)

BacaDatang Bulan Saat Mendaki? Ini Tipsnya

Belum Ada Judul

Ya, hari itu. Saat sahabat-sahabatku mengajak berpetualang lagi. Susuri lereng dan lembah untuk menggapai puncak gunung yang menjadi tujuan perjalanan.

Yang membuatku tersenyum kala ada celotehan teman seperjalanan tentang bawaanku yang mungkin tergolong super ribet. Kuakui itu.

Selalu tersedia di tas bawaanku seperangkat alat kosmetik untuk mempercantik diri selain perlengkapan utama untuk seorang pendaki.

BacaLapar Saat Mendaki? Intip Cara Masak Nasi di Gunung

Aku belum pernah merasa terbebani dengan itu. Aku selalu beranggapan bahwa hobiku sebagai seorang gadis Pendaki tidak mempengaruhi caraku berdandan dalam keseharian.

Bukankah, di zaman manapun kita hidup, dengan atau tanpa kamera selfie, kita semestinya berusaha untuk selalu tampil segar?

Aku mendandani diriku dengan polesan sederhana namun rapi dan elegan. Seperti setelah lamunanku buyar, ku bergegas mandi. Lalu berdandan.

BacaBerteduh di Naungan Atap Langit Yang Sama

Kusapukan bedak tipis di pipiku yang mulus dan warnai bibir tipisku dengan lipstik merah kesukaanku. Ini sebagai pengingat akan indahnya hari itu: di ketinggian, dengan bedak dan lipstik yang sama.

Biarlah ini menjadi catatan yang belum ada judul. Anggap saja curhatan tentang satu dari sekian banyak hal-hal kecil yang membedakan pendaki cowok dan pendaki cantik. Ya, kosmetik. 😉

*Kontributor: Rana

Share.