Pendakicantik.com – Awan di langit bergerak dengan beragam macam. Awan kelihatan beralih tempat karena digerakkan angin, kadang memunculkan beberapa fenomena seperti awan topi atau awan lenticular.
Seperti dilansir dari National Institute of Water and Atmospheric Research (NIWA), salah satu fenomena awan unik yang selalu terjadi di Indonesia adalah awan topi.
Baca Juga: Lereng Gunung Penanggungan Terbakar di Mojokerto
Peristiwa awan topi atau yang disebut awan lenticular seringkali ditemukan di puncak-puncak gunung Indonesia.
Mount Merapi lenticular clouds
Awan Lenticular: Awan Topi nan Cantik Tapi Berbahaya
Wujud keseluruhan awan terlihat berupa lensa, hingga disebut lenticularis atau awan lenticular.
Awan ini kerap ada pada musim dingin, tapi kadang juga bisa disaksikan di lain waktu dalam satu tahun. Saat udara lembab yang stabil bertiup di atas puncak gunung, dia bisa membentuk satu kelompok gelombang besar di sisi arah angin.
Baca Juga: Java Balloon Attraction 2022 dan Tradisi Balon di Wonosobo
Udara akan naik dan mendingin dan proses ini disebut pendinginan ekspansif. Bila temperature atau suhu udara cukup rendah, menyebabkan uap air pada udara akan mengembun.
Ini akan membentuk awan unik yang masyarakat umum kenal sebagai awan lenticular atau awan topi.

Level Awan Topi
Menurut buku Essential of Meteorology, awan topi ini digolongkan pada beberapa level diantaranya level awan rendah, awan menengah dan awan tinggi.
- Lenticular rendah atau biasa disebut Stratocumulus standing Lenticular (SCSL) merupakan awan Lenticularis yang terbentuk pada ketinggian kurang dari 2.000 meter.
- Lenticular menengah atau yang biasa disebut Altocumulus standing Lenticular (ACSL), terjadi jika awan Lenticularis tersebut terbentuk pada ketinggiannya antara 2.000 – 7.000 meter.
- Lenticular tinggi atau biasa disebut Cirrocumulus standing Lenticular (CCSL) adalah awan Lenticularis yang berada pada ketinggian di atas 7.000 meter.
Baca Juga: Tips Self healing Outdoor ala Andrew White yang pas Buatmu
Awan topi yang seringkali ditemui di Indonesia ialah awan lenticular menengah atau Altocumulus standing Lenticular (ACSL). Jika dipandang mata, awan topi ini benar-benar cantik dan mengagumkan. Tetapi, dibalik keelokannya awan topi bisa beresiko khususnya untuk dunia penerbangan.
Awan topi ini sebagai tanda kehadiran gelombang gunung yang paling kuat hingga pilot pesawat terbang kerap kali menghindari. Saat pesawat hadapi gelombang gunung, turbulensi parah bisa saja terjadi.

Arus udara dari awan topi bisa membuat penerbangan pesawat jadi menakutkan dan memungkinkan pesawat terbang ke arah tempat tinggi sekali dan jarak yang jauh.