Papa dan Mama.. Aku ingin meminta restu padamu. Bukan untuk sebuah pernikahan, melainkan restu untuk hobi yang cukup menantang, mendaki gunung.
Saya, engkau, kamu, dia, mereka… Lengkapnya, kita semua, adalah anak-anak yang dititipkan Sang Pencipta pada pangkuan dan dekapan kedua orang tua.
Siapa pun dia, pasti punya kisah dan petualangan sendiri dalam hidupnya, terutama dalam kehidupannya bersama keluarga. Memiliki papa-mama merupakan anugerah yang paling istimewa dari Tuhan untuk kita.

Baca: Ketika Harus Memilih: Jodoh Atau Hobi?
Terkadang, dalam perjalanan kita sebagai anak, sering kali ada tingkah pola kita yang mungkin menyesakkan hati mereka.
Atau, ada banyak hal yang sering kali tidak sesuai dengan harapan dan pemikiran mereka. Mungkin karena kita dan orang tua kita ada dan hidup di era zaman yang berbeda.
Hal itu akan sangat berpengaruh pada cara mereka menilai dan melihat sikap dan perilaku kita. Entah itu dalam keseharian baik di rumah, saat bersama sahabat kita, atau saat melakukan aktivitas di luar rumah.
Anak Cewek Dan Hobinya
Sebagai anak cewek, tentulah orang tua kita selalu mengharapkan yang terbaik. Bergaul dengan orang yang baik-baik, melakukan aktivitas yang wajar dan aman, dan tidak melakukan hal-hal yang mungkin membahayakan.
Dan paling nyata, selalu di sinilah terkadang terjadi silang pendapat antara anak (terutama anak perempuan) dengan orang tuanya.
Seringkali pengertian ‘baik’ dari cara pandang orang tua sangat berbeda dengan kita sebagai anak. Semua orang tua mana pun sudah pasti akan selalu mendukung kegiatan anaknya, yang penting tidak berbahaya dan dapat dipercaya.
Namun, jika anak cewek mereka memiliki hobi nanjak atau mendaki gunung, pasti agak rumit kisahnya.

Baca: Jika Nanti Pacarmu Seorang Pendaki Cantik, Pahami Ini
Tentulah kita sebagai anak selalu diajarkan dan bahkan hal itu sudah tertanam sejak kecil bahwa setiap akan pergi ke manapun harus selalu pamit dan beritahu orang tua.
Jangan pergi begitu saja. Biar nanti tetap dapat pengawasan orang tua. Atau jika terjadi apa-apa, orang rumah tahu anaknya kemana dan sama siapa saja.
Alasannya sangat dapat diterima, kan? Dan, kita pun sebagai anak patuh untuk hal ini. Semuanya berjalan baik-baik saja.
Tiba-tiba di suatu ketika kita harus marah bahkan kabur dari rumah gara-gara minta ijin hendak mendaki gunung bareng teman-teman dan orang tua sama sekali tak mengijinkannya.
Tentunya mereka punya alasan sendiri karena didasarkan pada rasa kuatir yang amat sangat. Dan saat itulah kita sebagai anak akan dilema: hobi dan kabur atau menurut apa kata papa’mama.
Restu dan Dukungan Orang Tua
Di sini saya dan teman-teman pendakicantik pernah, sedang, sering, dan sudah melalui dan mengalami hal itu. Butuh restu orang tua.
Banyak cara dan daya upaya yang saya dan teman-teman lakukan agar dapat restu dari orang tua biar tidak kuatir lagi saat mendaki gunung. Terkadang hasilnya baik. Namun kadang kala juga tak sesuai harapan.
Oya, saking terlampau serius berkisah, aku jadi lupa memperkenalkan diri. Namaku Gita. Selama ini tergabung dalam komunitas pendaki cantik.

Baca: Seperti Inilah Cowok Pendaki di Mata Kami
Sebuah komunitas yang terdiri para gadis-gadis yang memiliki hobi dan kisah yang sama, yaitu jatuh cinta pada keindahan alam, lebih tepatnya hobi nanjak atau mendaki gunung.
Sejak bergabung di sini, aku tidak merasa berjuang sendiri lagi karena selalu ada para sahabat yang memberikan saran dan motivasi buatku.
Seperti saat ini, saat aku tengah dihadapkan pada sebuah kenyataan saat meminta restu dan ijin dari orang tua untuk menaklukkan puncak gunung impianku.
Jujur, sebagai cewek yang memiliki hobi mendaki gunung; aku merasa sangat sedih ketika melihat orang lain bisa mendaki gunung dan mengabadikan momen indah mereka saat tiba di atas gunung.
Sakit hati melihat mereka yang tersenyum bangga sambil memegang papan bertuliskan nama gunung beserta ketinggiannya. Aku nya kapaannn ke sana; itu pikirku!
Aku sedih karena berpikir “kenapa mereka bisa segampang itu berada disana. Sedangkan aku di sini berjuang setengah mati untuk mendapat restu papa’mama.
Apakah mereka tahu betapa ingin sekali aku merasakan apa itu mendaki? Bagaimana caranya untuk sampai ke puncak dan mengibarkan bendera merah putih disana?
Bagaimana rasanya berada di puncak yang aku impikan bersama sahabat-sahabat yang kucintai?
Meminta Izin Orang Tua
Tapi bagaimana cara untuk izin ke orang tuaku? Semuanya memang butuh proses. Sedikit demi sedikit aku ceritakan tentang alam, tentang gunung kepada orang tuaku.
Memberitahu bahwa mendaki gunung itu tidak seburuk yang dibayangkan; mendaki gunung itu mengajarkan banyak hal, bukan karena ikut-ikutan zaman.
Aku merasa dengan mendaki gunung serasa menemukan hal baru. Hal yang mengajarkan tentang apa arti kehidupan yang sebenarnya.
Menyadarkan dan mengingatkan bahwa kita ini hanyalah manusia, makhluk yang kecil, ga ada yang harus disombongkan. Mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang selalu sabar, selalu bersyukur.
Tiba saatnya, sahabatku berencana ingin mendaki dan dia pun mengajakku. Bagaimanapun, aku harus tetap minta izin jika ingin pergi. Aku beranikan diri untuk meminta izin ke orang tuaku.
Dan entah kenapa di luar perkiraanku orang tuaku mengizinkan aku untuk mendaki. Saat itu aku merasa menjadi orang yang paling bahagia.

Baca: Ucapku di Setiap Puncak: Terima Kasih Untukmu, Ibu
Oya, banyak temanku yang berpikir bahwa tidak pentingkan ada tidaknya izin orang tua. Tapi buatku, jika restu orang tua tak kukantongi, lebih baik aku memilih tak pergi saja.
Mungkin banyak dari mereka yang merantau, jauh dari orang tua. Kalo ingin pergi, ya pergi aja tanpa izin dulu; toh orang tuanya jauh dari mereka. Kembali menurutku ya lebih baik kita kasih kabar ke mereka.
Atau terkadang banyak dari kita yang memikirkan, “pendaki yang lain banyak yang mendaki tanpa izin tapi ga terjadi apa-apa. Malah ada yang udah hati-hati banget dan dapat restu ada aja kejadiannya.
Yah, lagi-lagi itu kan pendapat orang. Ingat niat awal kita naik gunung. Kembali lagi ke diri kita sendiri dan orang tua kita. Jangan lupa jaga sikap dan perkataan.
Karena semua Allah yang atur, Allah yang maha tahu, dan Allah yang merencanakan. Karena pada dasarnya, ini bukan semata tentang bagaimana menaklukan gunung; tetapi lebih dari itu tentang bagaimana menaklukan ego kita sendiri.
Kisah Meminta Restu Orang Tua
Beikut ini adalah kisah meminta restu orang tua, sharing dari teman-teman pendaki cantik. Tentunya, ini akan sangat berguna buat saya dan kamu yang juga punya hobi yang sama menaklukkan gunung dan alam.
Membangun Kepercayaan Mama
“Sama kaya aku itu, aku tiap mau pergi slalu ijin dan slalu ga di bolehin.
Alasannya ‘anak cewe jangan kelayapan ke gunung, takut ada apa apa, apalagi banyak berita yg ilang, trus skg banyak berita pemerkosaan. Mama takut kamu kalo lg sendirian nunggu temen di rambutan nanti ada orang jahat’. Mamaku slalu gitu ngomongnya.
Cuma aku liatnya kalo mama itu bukan ga suka aku nanjak, tapi lebih ke gak suka kalo aku tinggal. Aku dirumah berdua aja sama mama jd mungkin kesepian.
Aku sering ajak temen nanjak kumpul di rumah, jd mama tahu mereka siapa, berusaha ngebangun kepercayaan mama biar tiap ijin lgsg di acc gak pake aku mohon2 biar diijinin.” @winny.wiwin
Karena Bungsu dan Cewek Sendiri
“Kalo aku ga diijinin karena mamahku bilang aku anak terakhir dan cewe sendiri. Masku 3 mereka bebas naik dan ikut apapun, tapi aku nanjak ga boleh.
Tapi aku nekat aja, walaupun mamahku liat foto”ku di ig, menurut gita gimana? Hehe..” Rozaliamayasari
Kakak Jadi Bodyguard
“Dulu mamaku memang keras bgt kak,jaman nya kakak ku yg cwe blm nikah, kmana2 kudu bawa bodyguard. ada saja yg suruh ngikutin.
Eeehh pas kakaku marah2 katanya kmna knp harus kudu suruh di ikutin,akhir nya mamaku mikir lagi x,bahwa dia pernah muda,jadi ya Alhamdulillah kak,skrg klw q mo kmana2 boleh asal izin dan sma org yg dia kenal gituu..” @ReyhanaErna02
Dicariin Ayah
“Aku juga anak terakhir dari kecil dititipin tetangga, terus kabur mulu. Jadi kebiasaan kabur kaburan gak ijin. Tapi emang lebih baiknya ijin biar tenang kalo pergi juga, gak khawatir yang di rumah.
Aku pernah naik ke semeru gak ijin, estimasi waktu 3 hari tapi hujan jadi 4 hari. Nah, selama perjalanan itu kadang gak enak hati mikir yang dirumah takut nyariin.
Eh, bener aja ayah nyariin. nelponin sampe nanya Ke temen kosan aku, itu pertama kalinya dicariin soalnya aku ngirim foto ke ayah pake cadar. Ayah Kira aku ikut ikut aliran gak sesuai gitu soalnya habis kirim itu terus dihubungi gak bisa.” @fajriyahumairah
Dibolehin, Asal Ingat Sekolah
“Aku pas pertama naik gunung sama ayahku, malah iyain terus, sama ibuku. Alhamdulillah ngasih kebebasan asal jelas, mungkin krn kakak ku juga pendaki kali ya makanya aku juga boleh ahaha..
Cuma pas mau diklat kan naik gunung malah gak di bolehin sama ayahku gatau kenapa, sedih aja rasanya terus diem2an sama ayahku selama 2bulan kayak orang gak kenal.
Terus krn capek kali ya, ayahku sekarang malah bebasin. Asal aku inget sekolah juga dan nilai bagus (maklum masih sekolah)..” @puspaalifya
Jangan Salahgunakan Kepercayaan
“Ijin ke orang tua emng rada susah bgt bgt ya klo dipikir-pikir . tapi emang restu ortu berperan banget buat kita-kita semuanya. Apalagi orang tua bawaannya suka sugest.
Trus klo anak-anaknya udah pada minta ijin mau naik kegunung, alasanya pasti jelas lebih kuat orang tua karna mereka ga mau anaknya kenapa-napa. Tapi mungkin lebih ngasih kepercayaan sama anak-anaknya biar ga disalahgunakan.” @alifadila.andd
Agak Pembangkang
“Kalau litska selalu gak di bolehin kak kalau kemana mana apalagi waktu itu litska ijin naik gunung. Trus litska ajak temen ke rumah, tetep juga gak di boleh in, akhirnya litska kabur deh dari rumah.
Memang sih selama naik gunung dan di jalan nggak kenapa napa. Pulang dari gunung, nyampe rumah nggak di marahin sama mama..” @LitskaYulsaros
“Iyaa kalitss, bener ka keke, kalo aku sebelum naik mesti ortu aku ceritain tentang gunung2 gitu. Entah cerita mistiss, ato serunya naik gunung ketemu pendaki yang ramah bangett.
Tapi kalo prinsip aku si agak pembangkang kak. naik ga naik pokoknya harus naik, di ijinin ga di ijinin, pokoknya harus dijinin. Entah bagaimana itu caranyaa.” @RadhaPutri
Meminta Ijin Sejak Jauh-jauh Hari
“Klo aku biasanya sebelum berangkat, jauh2 hari udah bilang. Liat ekspresinya klo ga welcome 3 hari kemudian bilang lagi. Bilang aja terus pokonya sambil jelasin berangkatnya sama siapa aja sebutin klo ada tenaga ahli jga #seiornya.
Maklumin aja, meskipun udah tuk begini, di mata orang tua kita tetep putri kecilnya mereka. Nah klo udah seminggu lagi mau berangkat biasanya aku paking, pasti ditanya sama ibuk jadi berangkat atau enggak. Itu tandanya lampu ijo, brangkattttttt..
Pernah ga diijinin pas ke Cikuray musim ujan, ibuk ngasih argumen ga diijininnya kenpa, dan aku menghargai alasan ibu takut longsor dan licin. Jadi aku ga berangkat.
Buat aku, ijin mereka itu no 1 walaupun diusia aku harusnya udah bsa ambil keputusan sendiri. Palinggak aku ga mau buat mereka khawatir itu aja sih..” @PipitFitriyah
Restu adalah Doa Orang Tua
“Doa orang tua itu seperti jalan buat kita berangkat dan jalan pulang juga. Jadi pas minta izinnya juga dijelasin baik baik , secara detail. Insyaallah di izinin..” @gladissacanmah
Itulah serangkum kisah petualangan saya serta teman-teman buat dapat restu papa’mama. Mudah-mudahan kisah kami dapat bermanfaat buat kamu ya.
*Kontributor: Gita Indah Wardani