Pendakicantik.com – Altitude sickness merupakan salah satu penyakit gunung yang sangat berbahaya bagi para pendaki gunung.

Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan yang masuk dalam kategori aktivitas outdoor yang ekstrem dan menantang.

Baca Juga: Pendakian Gunung Lawu Tidak Membatasi Kuota Pendakian di Momen Nataru

Meski tergolong dalam kegiatan yang menantang dan memacu adrenalin, namun aktivitas atau olahraga ini banyak disukai dan dapat dilakukan untuk melepas penat.

ALTITUDE SICKNESS

Melalui kegiatan mendaki gunung ini, para pendaki dapat menikmati keindahan alam meski harus melewati perjalanan yang melelahkan dan penuh rintangan.

Altitude Sickness: Penyakit Ketinggian Berbahaya yang Menyerang Pendaki

Bagi sebagian orang, kegiatan mendaki gunung berisiko menyebabkan penyakit ketinggian (altitude sickness) atau yang juga dikenal dengan mabuk gunung.

Baca Juga: Alasan Kalimantan Tidak Ada Gunung Api dan Jalur Cincin Api Pasifik

Penyakit Kegiatan Mendaki Gunung

Penyakit ini biasanya terjadi pada ketinggian lebih dari 8.000 kaki atau 2.500 meter di atas permukaan laut akibat kekurangan oksigen.

Altitude sickness berisiko terjadi pada orang yang tidak terbiasa berada di ketinggian. Kondisi ini cukup serius dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak mendapat penanganan yang tepat.

Altitude Sickness: Penyakit Ketinggian Berbahaya yang Menyerang Pendaki
Foto: Pendaki Cantik – @donbowie

Jika mengalami altitude sickness yang parah seperti HAPE atau HACE, gejala yang dirasakan diantaranya:

  • Gejala-gejala tersebut biasanya muncul dalam 12 hingga 24 jam setelah mencapai ketinggian yang lebih tinggi.
  • Gejala tersebut dapat membaik dalam satu atau dua hari setelah tubuh dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ketinggian.
  • Penyebab utama altitude sickness adalah terlalu cepat mendaki ketinggian dan menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara dan tingkat oksigen dalam waktu singkat.

Baca Juga: Gunung Kerinci Terpantau Aman; Jalur Pendakian Belum Dibuka untuk Umum

Tinggal atau berada di ketinggian dalam waktu yang lama membuat tubuh akan terbiasa dengan tekanan udara. Namun, jika bepergian ke tempat yang lebih tinggi dapat berisiko terkena altitude sickness karena tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan tekanan.

Tubuh manusia setidaknya memerlukan 1 hingga 3 hari untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ketinggian. Hal ini menyebabkan orang yang berada di tempat ketinggian baru dalam waktu singkat lebih berisiko terkena mabuk gunung atau penyakit ketinggian ini.

Altitude Sickness: Penyakit Ketinggian Berbahaya yang Menyerang Pendaki
Foto: Pendaki Cantik – @putri.handayani22

Cara Atasi Gejala Altitude Sickness

Untuk mengatasi gejala dan penyakit gunung tersebut aalah

  • Penderita harus segera mengakhiri pendakian dan beristirahat sampai gejala mereda atau hilang.
  • Penderita juga dapat meredakan gejala dengan turun ke ketinggian yang lebih rendah.
  • Jika gejala semakin parah dan memerlukan penanganan medis, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan pada dada dengan stetoskop atau rontgen.
  • Dokter juga dapat melakukan MRI atau CT Scan pada otak atau dada untuk melihat adanya cairan dan melakukan pemeriksaan kadar oksigen dengan alat pulse oximetry.
  • Pada mabuk ketinggian derajat ringan dapat melanjutkan pendakian dengan kecepatan yang lebih pelan.
  • Bagi penderita altitude sickness derajat lebih berat harus beristirahat, mengonsumsi banyak cairan, dan berhenti merokok.

Share.