Pendakicantik.com – Aden (23), yang juga dikenal sebagai Daden Nur Zaman, adalah seorang porter gunung yang menyewakan jasanya untuk mengangkut perlengkapan mendaki gunung.

Aden telah mendaki dan menuruni gunung puluhan kali bahkan di usianya yang masih belum genap seperempat abad.

Baca juga: Pendakian Gunung Agung Ditutup Sementara Mulai 3 April 2023

Ia merupakan porter spesialis pendakian Gunung Gede Pangrango yang terletak di Cianjur, Jawa Barat.

“Saya sudah jadi porter dari tahun 2017, waktu zaman saya sekolah,” ujar Aden dilansir dari Kompas.com, Senin (13/3/2023).

Baca juga: Pendaki Gunung Merbabu Rekam Erupsi Gunung Merapi: dari Panik sampai Santai Kembali

Aden: Jadi Porter Gunung Gede Pangrango Sejak Umur 17 Tahun

Tak ada keahlian khusus ketika ia menjadi seorang porter. Ia hanya bermodalkan hobi dan pengamatan yang ia lakukan kepada pamannya yang juga seorang porter. Aden memutuskan untuk menjadi porter gunung saat masuk duduk dibangku sekolah.

“Ikut saja sih, ditawarin mau atau enggak (jadi porter), enggak sendirian, ikut dulu sama paman (yang duluan jadi porter). Paman naik gunung, saya ikut. Saya ikut lihatin cara masak, masak makanan buat orang,” ungkap Aden.

Di tengah statusnya sebagai pelajar, ia memutuskan untuk menjadi porter guna mencari uang tambahan sekolah.

“Umur 17 tahun jadi porter. Karena kebutuhan, kalau ada kerjaan, saya izin dulu mau naik gunung. Awalnya, izin ke wali kelas ‘izin, saya mau naik gunung dulu ada kerjaan’, gitu,” ucap Aden.

“Awalnya memang enggak bilang, nah kedua kalinya bilang ke wali kelas, dikasih izin,” lanjut dia.

Aden: Jadi Porter Gunung Gede Pangrango Sejak Umur 17 Tahun
Foto: Pendaki Cantik –

Izin untuk menjadi porter gunung seperti diberkahi oleh semesta. Wali kelas yang memberikan kelonggaran untuk Aden, justru menyewa jasanya sebagai porter. Merangkap sebagai pemandu, dia memimpin pendakian di Gunung Gede Pangrango.

“Wali kelas itu suka naik gunung dan diporterin sama Aden waktu itu sampai akhirnya ajak guru-guru yang lain,” kata dia.

“Pas libur sekolah waktu itu, abis libur ujian kalau enggak salah. Terus guru itu ajak saya ‘Den, bisa enggak porterin ke gunung?’ kata guru saya, terus saya bilang ‘siap, bisa, Pak’,” ungkapnya.

Meski sudah 6 tahun menjadi porter gunung, lanjutnya, namun ia tidak bergabung dengan komunitas apa pun. Rezekinya sebagai porter pendaki gunung hanya tergantung dari saling lempar kabar antar porter satu dengan yang lain.

“Kalau komunitas porter itu sih enggak ada, cuma lewat grup saja. Grup saling sharing di WhatsApp. Jadi, misalkan ada tamu yang pakai porter, terus porternya kurang, tinggal share aja di grup. Baru nanti diajak,” tuturnya.

Share.