Pendakicantik.com – PVMBG Badan Geologi telah menurunkan status Gunung Semeru di Lumajang dari Awas (Level IV) ke Siaga (Level III).

Meski masih mengalami aktivitas letusan dan beberapa kali meluncurkan APG, status Semeru telah diturunkan mulai Jumat (3/12) siang pukul 12.00 WIB.

Baca juga: Indonesia Negara dengan Aktivitas Gunung Berapi Paling Aktif

Pengamatan visual menunjukkan bahwa hingga saat ini masih mengalami aktivitas erupsi, mengakibatkan tumpukan material letusan (Pyroclastic cone) atau lidah lava. Asap putih dari kawah juga masih teramati saat cuaca cerah tapi bertekanan lemah.

Tak hanya itu masih terjadi 2 kali APG dengan jarak luncur hingga 6 km ke arah tenggara. Teramati guguran dengan jarak 300-500 m ke arah tenggara.

Baca juga: Evakuasi 5 Pendaki Korban Cedera saat Tracking di Gunung Salak

5 Alasan PVMBG Menurunkan Status Aktivitas Gunung Semeru

Namun kondisi itu dinilai tidak menunjukkan adanya gejala peningkatan aktivitas yang signifikan menyebabkan APG cukup besar.

“Mengingat karakteristik erupsi Gunung Semeru, potensi ancaman bahayanya, serta hasil pemantauan visual dan kegempaan itulah maka tingkat aktivitas Gunung Semeru dapat diturunkan dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) terhitung sejak tanggal 9 Desember 2022 pukul 12.00 WIB,” ujar keterangan tertulis PVMBG, Jumat (9/12/2022).

5 Alasan PVMBG Menurunkan Status Aktivitas Gunung Semeru
Foto: Pendaki Cantik – @diniandrinii

Berikut ini penjelasan lebih detail tentang alasan PVMBG menurunkan status aktivitas Gunung Semeru.

1. Gempa vulkanik (Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal) masih terekam dan berfluktuasi. Gempa Letusan, Gempa Guguran masih ada. APG terekam pasca APG 4 Desember 20222 tercatat 4 kali APG dengan durasi dan jarak luncuran yang sudah menurun.

2. Pengamatan sejak 4 Desember 2022 hingga saat ini menunjukkan tidak ada gejala peningkatan kegiatan yang signifikan menuju APG yang cukup besar. Diduga perlu waktu untuk mengakumulasi material letusan menjadi sumber APG yang melebihi 7 km.

3. Citra thermal mengindikasikan anomali yang menurun periode 4 Desember 2022 – 9 Desember 2022 dari 15 MW ke 27 MW yang mengindikasikan terdapat penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah. Anomali SO2 dari citra Aura/OMI justru terlihat pada tanggal 2 Desember 2022 sebesar 1.78 Dobson Unit dan Pada saat ini hanya teramati sebesar 0.62 DU.

4. Pasca deformasi inflasi yang disertai erupsi 4 Desember 2022, deformasi Gunung Semeru hingga saat ini sudah menunjukkan penurunan dari instrumen tiltmeter.

5. Potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar bila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi terutama di sungai yang berhulu di puncak (Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya).

PVMBG akan meninjau kembali aktivitas Semeru ini itu jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses supai magma ke permukaan (Gempa Low Frequency, Tremor, Tiltmeter dan GPS) dengan kecenderungan signifikan.

Baca Juga: Hal yang Harus Diperhatikan saat Mendaki Gunung Rinjani Terutama Pendaki Pemula

Seiring penurunan status Gunung Semeru tersebut, BPBD Jatim telah mengizinkan masyarakat di pengungsian untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun, warga tetap diminta mengikuti perkembangan informasi dari sumber resmi pemerintah.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto menyebutkan saat ini tersisa kurang lebih 300 orang pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian yang telah disediakan.

“Posisi sekarang pengungsi sudah banyak yang kembali ke rumah masing-masing. Hari ini tinggal sekitar 300-an,” ujar Gatot kepada detikJatim.

5 Alasan PVMBG Menurunkan Status Aktivitas Gunung Semeru
Foto: Pendaki Cantik – @lilawyah

Meski demikian Gatot mengimbau agar penduduk maupun pengungsi selalu melihat perkembangan informasi yang ada tentang aktivitas Gunung Semeru. Sehingga ketika terjadi sesuatu mereka bisa segera menyelamatkan diri.

“Imbauannya, selalu melihat informasi dari pemerintah. Baik itu dari BMKG, PVMBG, BPBD, polisi, TNI harus didengarkan masyarakat. Kemudian untuk yang masih berada di pengungsian, kalau masih ada debu yang tidak tahu datangnya seberapa banyak tetap memakai masker,” ujarnya.

Share.