#PendakiCantik – Setelah ditutup selama kurang lebih satu tahun, pendakian Gunung Semeru akhirnya siap dibuka pada awal Oktober mendatang.

Salah satu gunung tertinggi di Indonesia yang terletak di Jawa Timur ini memiliki kekhasan tersendiri sehingga menjadi destinasi pendakian favorit bagi pendaki.

Meski demikian, kabar tentang dibuka kembalinya pendakian Gunung Semeru tetap harus diimbangi dengan kehati-hatian karena beberapa alasan.

Berikut Pendaki Cantik merangkum beberapa hal yang wajib kamu ketahui terutama saat mendaki Gunung Semeru dalam waktu dekat.

Gunung Semeru Bestatus Waspada

3 Alasan Pendaki Wajib Waspada Saat Mendaki Gunung Semeru
Foto: Pendaki Cantik – @jihanamara99

Pada masa-masa awal tahun 2020 tepatnya pada akhir bulang Februari, Gunung Semeru dinyatakan berstatus waspada setelah meluncurkan guguran lava pijar.

Gunung dengan ketinggian 3.676 mdpl ini bahkan menggugurkan lava pijarsetidaknya tujuh kali pada Jumat (28/2/2020) lalu.

Tingkat aktivitas Gunung Semeru dinyatakan pada level II atau waspada. Masyarakat pun diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 kilometer.

Selain itu, wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng Selatan-Tenggara kawah aktif juga perlu dihindari. Pasalnya wilayah tersebut merupakan alur luncuran awan panas.

Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai gugurnya kubah laba di Kawah Jonggring Saloko Gunung Semeru karena di kawasan ini lava pijar dapat meluncur sewaktu-waktu.

Gas Beracun yang Mematikan

3 Alasan Pendaki Wajib Waspada Saat Mendaki Gunung Semeru
Foto: Pendaki Cantik – @stesiaprasetyo

Tahun 1969, Soe Hok Gie dan Idhan Dhavantari Lubis, dua pemuda yang juga aktivis pergerakan mahasiswa meninggal di Gunung Semeru.

Penyebab keduanya meninggal diduga karena menghirup asap beracun di Gunung Semeru.

Tahun 1994, lahar panas mengalir di lereng selatan Gunung Semeru. Akibat aliran lahar panas ini, beberapa orang menjadi korban. Pada November 1997, Gunung Semeru Meletus sebanyak 2.990 kali.

Setiap 15-30 menit terjadi letusan di puncak gunung Semeru. Tinggi letusan bisa mencapai 300-800 meter. Letusan berupa asap putih, kelabu, sampai hitam.

Pada setiap letusan, material yang keluar antara lain abu, pasir, kerikil, dan batu-batu panas yang menyala.

Kawasan Mudah Terbakar

 

View this post on Instagram

 

#Repost @ransel_butut • • • • • • I N F O R M A S I #semeru #gunungsemeru #semerubromo

A post shared by T.N BROMO TENGGER SEMERU (@semeru_bromo) on

Alasan penutupan jalur pendakian Gunung Semeru pada tahun 2019 lalu adalah akibat kebarakaran hutan yang berdampak hingga mencapai 60,4 hektar lahan.

Keberadaan savana yang mudah terbakar membuat sebaran titik api di sekitar Gunung Semeru dapat menyebar dengan cepat dan susah terbendung.

Oleh karena itu, pendaki diharapkan untuk tetap menjaga jangan sampai kejadian serupa terjadi lagi dengan cara menghindari menyalakan api yang berpotensi menyebabkan kebakaran.

Jika dalam waktu dekat kamu hendak mendaki Gunung Semeru, pastikan tidak membuat api unggun karena sekarang masih musim kemarau.

Itulah beberapa hal yang bisa dijadikan alasan agar kamu tetap terus waspada selama mendaki Gunung Semeru. Siapkan fisik dengan baik dan taati protokol kesehatan.

Share.