Pendakicantik.com – Pasca Gempa di Cianjur beberapa lalu, diduga menimbulkan 2 titik retakan di jalur pendakian Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango.

Walaupun dikatakan kondisinya masih sangat kondusif, akan tetapi pihak terkait tetap menghimbau para pendaki membatalkan pendakian dan tidak melalui jalur pendakian sementara waktu untuk dikaji ulang.

Baca juga: Gunung Pelangi Zhangye Danxia di Tiongkok, Situs Warisan Dunia UNESCO

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) bersama Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), menemukan adanya 2 titik retakan tanah di jalur pendakian Gunung Salak dan Pangrango.

Baca juga: Gunung Salak: Konservasi Hutan Hujan Tropis Pegunungan, Tempat Pelatihan Pendaki

2 Titik Retakan di Jalur Pendakian Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango

Dia menduga, 2 titik retakan tanah di jalur pendakian Gunung Salak dan Pangrango terjadi akibat gempa pada awal pekan lalu yang berpusat di Kabupaten Cianjur.

“Pada Rabu lalu kami menemukan empat rombongan pendaki dari daerah Rarahan dan Cianjur Kota dan langsung diimbau untuk segera turun untuk melapor ke resor Cibodas,” kata Sapto, Jumat (25/11).

Kata Sapto, tak hanya retakan tanah di jalur pendakian Gunung Salak dan Pangrango, di Gunungputri terdapat lokasi retakan tanah di Blok Romusa sepanjang 7 meter dan longsoran di Blok Tanah Merah dengan lebar 8 meter dan tinggi sekitar 3 meter.

Menurutnya, gerang pertama di pos satu pun roboh, sementara shelter emergency dalam kondisi baik.

2 Titik Retakan di Jalur Pendakian Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango
Foto: Pendaki Cantik – @arifb2109

“Kondisi longsoran di dua jalur pendakian relatif kecil, karena banyak tegakan pohon masih sangat bagus. Namun, kami tetap menutup sementara kegiatan pendakian dan wisata air terjun Cibeureum-Cibodas sampai kondisi kondusif tidak terjadi gempa susulan dan longsor,” katanya.

Sementara Koordinator Geologi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo mengungkapkan, kawasan Gunung Salak merupakan gunung berapi tipe C yang terakhir kali meletus sekitar tahun 1600-an.

“Tapi perlu kajian lebih retakan soal tanah di jalur pendakian Gunung Salak dan Pangrango. Kalau misalnya banyak sumber-sumber air panas pun, bisa disebabkan aktivitas vulkani, manifestasi panas bumi hingga patahan sesar,” katanya.

Share.