Pendakicantik.com – Apa kamu percaya mitos? Untuk zaman sekarang ini mungkin kebanyakan orang sudah mengabaikan mitos karena mungkin mitos lebih erat kaitannya dengan tahyul.
Alasan kurang dipercaya karena kadang apa yang diberitahu dan dipercaya oleh orang tua pada zaman dulu sudah jarang sekali terjadi.
Tapi jika dihubungkan dengan alam, itu bisa saja terjadi. Percaya atau tidak, rumor atau mitos yang berkaitan dengan sebuah gunung atau tempat wisata alam harus tetap dijalankan saat kita akan dan berada di tempat tersebut.
Baca juga: HARIMAU SUMATERA MATI DI ACEH TIMUR, DIDUGA TERKENA JERAT

10 Mitos Mendaki Gunung; Percaya atau Tidak?
Namun, berbeda halnya jika kamu menggeluti hobi naik gunung. Kamu harus percaya dan bahkan mentaati mitos dan larangan yang ada di gunung biar pendakianmu berjalan dengan aman dan lancar.
10 Mitos Tentang Mendaki Gunung
1. Jangan mendaki dalam jumlah ganjil
Di gunung tertentu ada larangan yang sebaiknya harus ditaati untuk tidak mendaki dalam jumlah ganjil. Konon katanya jika dilanggar maka akan ada masalah yang dihadapi selama pendakian.
Misalnya, jumlah anggota kelompok yang ganjil akan digenapkan oleh makhluk lain.
Atau, ada saja masalah lain yang seolah-olah melarangmu untuk mendaki menuju puncak.

2. Jangan mendaki saat datang bulan (haid)
Biasanya pada saat datang bulan, perempuan akan lebih cepat lelah saat mendaki. Hal ini mungkin akan menghambat perjalanan tim untuk mencapai puncak.
Selain itu, terkadang darah saat datang bulan itu dapat mengundang makhluk-makhluk halus di gunung.

3. Jangan mengambil apapun
Selalu dan akan selalu diingatkan para pendaki untuk tidak mengambil dan membawa pulang apapun dari gunung. Karena sikap tersebut salah dan tidak mencintai alam.
Jika mau turut menjaga kelestarian alam, maka biarkan tanaman atau apapun yang kamu lihat dan unik bentuknya itu tumbuh dengan subur di tempatnya.
4. Jangan mengeluh
Sebaiknya saat mendaki jangan terlalu banyak mengeluh meskipun mengalami kesulitan sepanjang pendakian. Karena terkadang keluhan kamu akan langsung terkabul selama berada di gunung. Jadi, perlu jaga sikap dan jika ingin mengeluh cukup dalam hati saja biar semuanya lancar hingga kembali ke rumah dengan selamat.

5. Kakek dengan jubah putih di Ciremai
Sosok kakek berjubah putih ini sering muncul di sekitar Batu Lingga. Batu Lingga adalah sebuah batu besar yang dulu dipakai oleh orang-orang hebat untuk bertapa. Sosok kakek ini juga kadang menampakkan diri ke para pendaki yang lewat. Untuk pendaki disarankan untuk tidak mengganggu tempat tersebut apalagi merusaknya.
6. Jangan bersiul
Selama di gunung sebaiknya jangan bersiul. Sebab menurut mitos terutama kepercayaan orang Jawa bahwa bersiul itu untuk memanggil arwah yang sudah meninggal (setan). Selalu dipercaya bahwa tiap gunung selalu ada penunggunya.

7. Jangan membunuh atau menangkap hewan
Saat mendaki gunung, tentu kamu akan bertemu dengan binatang-binatang liar yang hidup di gunung. Keadaan alam di gunung yang masih asri dan alami membuat begitu banyak hewan liar yang hidup dalam hutan.
Sebagai pendaki gunung, jagalah kelestarian alam dan janganlah sekali-kali membunuh dan menangkap hewan-hewan liar itu.
8. Suara gamelan yang terdengar saat pendakian
Para pendaki Ciremai sering diperdengarkan suara gamelan yang melantun halus di tengah perjalanan mereka. Para pendaki senior percaya jika suara gamelan itu merupakan ulah makhlus halus yang tinggal di gunung Ciremai yang mengecoh pendaki agar tersesat. Sehingga, jika kamu mendengar suara itu harus segera berpegangan tangan dan tetap di jalur pendakian yang telah ditentukan.

9. Tanjakan Bapa Tere
Tanjakan Bapa Tere adalah trek pendakian yang dapat membuatmu merangkak seperti komodo. Nama Bapa Tere berawal dari kisah seorang ayah tiri yang menyiksa anaknya hingga meninggal di tanjakan ini.
Tanjakan ini sangat menantang bak seorang ayah yang menyiksa anak tirinya. Dan untuk bisa melewati tanjakan ini dibutuhkan tenaga ekstra karena sangat sulit.
10. Injak bumi 3 kali dan ucapkan salam
Sebelum naik ke gunung Ciremai, banyak pendaki yang melakukan ritual injak bumi 3 x dan salam. Hal ini diyakini sebagai ritual agar tidak diganggu oleh makhluk halus saat mulai perjalanan mendaki gunung Ciremai.
