Apa alasanmu menekuni hobi mendaki gunung? Pertanyaan itu kerap muncul dari orang-orang yang belum pernah mengalami serunya mendaki gunung. Ya, bagi sebagian orang, kegiatan mendaki gunung dianggap kurang kerjaan dan buang-buang waktu.
Wajar jika ada yang berpendapat demikian. Sebab, nyatanya naik gunung tidak menghasilkan apa-apa jika dilihat secara kasat mata. Yang diperoleh hanya duit habis, badan sakit, otot-otot ngilu, dan energi terkuras.
Baca: Jika Nanti Pacarmu Seorang Pendaki Cantik, Pahami Ini
Kali ini, sahabat pendaki cantik ingin berbagi hikmah di balik duit habis, badan sakit, otot-otot ngilu, dan energi terkuras yang didapat setelah mendaki gunung.
Semoga sharing tentang 10 alasan mendaki gunung ini dapat memberi sedikit gambaran, dan syukur-syukur, bisa mengajak para sahabat untuk turut merasakan pengalaman kami.
1. Mengajarkan untuk fokus
Kebanyakan orang beranggapan bahwa pendaki gunung adalah orang yang tidak punya tujuan dan hidupnya terkesan berantakan. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Karena pendaki gunung justru adalah orang yang memiliki tujuan jelas yakni puncak gunung.
Mendaki gunung juga mengajarkan kita untuk fokus pada satu tujuan, yaitu puncak. Fokus pada satu tujuan, dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai apa yang menjadi target hidup kita.
2. Mengajarkan tentang Roda Kehidupan
Kata sang bijak, hidup ini seperti roda yang terus berputar. Kadang kau berada di atas kadang di bawah. Melalui kegiatan mendaki gunung kita seakan-akan diajarkan untuk memahami konsep hidup yang simple ini.
Track pendakian tidak selalu lurus dan datar. Track pendakian terdiri atas tanjakan dan turunan. Ada saat dimana kita harus berjuang dengan peluh yang bercucuran kala melalui tanjakan; ada saat dimana kita bisa berjalan lebih santai saat menuruni lembah.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering dihadapkan pada masalah yang serupa. Kadang santai kadang harus berpusing ria. Itulah problematika hidup.
Baca: Tujuan Mendaki Gunung? Ini Sharing 13 Pendaki Cantik
3. Mengajarkan untuk teliti dan cermat
Mengajarkan kita untuk lebih teliti dan cermat dalam perhitungan akan sesuatu hal. Misalnya, kita harus bisa memperkirakan apakah perbekalan yang dibawa akan cukup untuk bertahan selama beberapa hari.
Kita juga harus mampu memprediksi waktu kapan kira-kira bisa sampai di pos pendakian untuk beristirahat dan mendirikan tenda.
4. Mengajarkan arti kesabaran
Jika puncak sudah ditetapkan sebagai tujuan pendakian maka kita harus mau untuk bersabar. Sabar melangkahkan kaki untuk bisa sampai ke tujuan yaitu puncak.
Dalam keseharian, sabar memang menjadi salah satu kunci utama agar seseorang bisa meraih kesuksesan. Namun tidak semua orang yang benar-benar bisa menerapkan konsep kesabaran dalam kehidupannya.
Dengan mendaki gunung, kita akan benar-benar bisa meresapi apa arti kata sabar yang sesungguhnya.
Baca: Lapar Saat Mendaki? Intip Cara Masak Nasi di Gunung
5. Mengajarkan arti perjuangan
Pepatah lama mengatakan: “sekecil apapun perjuanganmu harus dihargai”. Sebagai manusia terkadang kita lupa untuk memberikan penghargaan atas apa yang kita lakukan. Lebih lagi atas usaha orang lain.
Kita sering tampak acuh dan tidak mau tahu tentang apa yang orang lain lakukan untuk kita. Dengan mendaki akan membuat kita lebih peka terhadap perjuangan hidup. Apapun bentuknya.
6. Mengajarkan untuk menghargai proses
Setiap orang selalu menginginkan hidupnya sukses. Tapi terkadang orang hanya sebatas menginginkan sukses namun tidak mau membayar atas kesuksesan tersebut. Banyak orang ingin cepat sukses tanpa mau melewati serangkaian prosesnya.
Kita harus sadari betul bahwa untuk mencapai tujuan hidup yang diharapkan semuanya membutuhkan proses yang tidak gampang. Bahkan untuk dapat makan mie instant saja yang jelas-jelas sudah “instant” kita masih harus memasaknya.
Atau, untuk bisa menikmati pemandangan indah dari puncak gunung maka kita harus mau untuk berproses. Mengayunkan kaki langkah demi langkah untuk bisa sampai ke puncak. Jadi, tidak ada yang instant di dunia; semua harus melalui proses.
Baca: Pendaki Cantik, Baru Pertama Mendaki? Ini Tipsnya
7. Menghargai ciptaaan Tuhan
Dengan menikmati dan menyaksikan pemandangan indah di puncak membuat kamu sadar akan karya agung Sang Pencipta.
Saat sudah berada di puncak dan menikmati pemandangan yang indah, kamu akan semakin sadar bahwa alam ini sangat luas. Hal itu akan membuatmu semakin menghargai ciptaanNya dan berusaha untuk menjaganya demi anak cucumu kelak.
8. Menjadikanmu Pribadi yang Ramah
Keramah-tamahan antar pendaki adalah hal yang sangat lumrah dijumpai saat pendakian. Meskipun baru pertama kali ketemu, pada pendaki tidak akan pernah merasa sungkan dan canggung untuk menyapa satu sama lain di track pendakian.
Saat ada pendaki yang sedang berisitrihat, pendaki lain biasanya akan menyapa dengan ramah. Yah, hanya dengan mendaki gunung dapat menjadikanmu pribadi yang lebih ramah dan bersahabat.
Baca: Datang Bulan Saat Mendaki? Ini Tipsnya
9. Mengajarkan Hidup Mandiri
Mau tidak mau, seorang pendaki harus hidup dengan perbekalan yang seadanya saat melakukan pendakian untuk dapat bertahan. Sikapmu yang manja harus ditanggalkan dan harus bisa menjaga diri sendiri.
Hal ini akan membuat kita menjadi orang yang lebih mandiri. Saat mendaki kita akan belajar untuk bisa masak sendiri, melipat sleeping bag, packing, dan sebagainya.
Hal-hal sederhana inilah yang akan membuat kita menjadi pribadi mandiri yang tangguh dan bisa diandalkan.
10. Lebih Mencintai Indonesia
Indonesia adalah negara cantik dengan keindahan alam yang tiada duanya. Saat di puncak gunung kamu akan disuguhi oleh indahnya pemandangan alam yang mempesona. T
entu sebagai seorang pendaki, kau memiliki kisah sendiri tentang indahnya alam Indonesia. Keindahan yang tak bisa ditemukan di belahan bumi lain.
Sehingga, tak heran jika banyak pendaki yang dengan bangga mengibarkan bendera merah putih ketika berhasil sampai ke puncak tujuannya.
Demikianlah sharing tentang “10 Alasan Untuk Mendaki Gunung” dari sahabat pendaki cantik. Kamu punya pengalaman atau alasan lain, kenapa memutuskan untuk menekuni hobi mendaki gunung? Yuk, mari berbagi!*
Konributor: Rana